Fakta Mengejutkan: Hampir 19 Juta Anak di AS Tinggal Bersama Orang Tua yang Kecanduan!

Sahabat.com - Tahukah sahabat, di tahun 2023 tercatat hampir 19 juta anak-anak di Amerika Serikat hidup serumah dengan setidaknya satu orang tua atau pengasuh utama yang mengalami gangguan penggunaan zat atau substance use disorder (SUD)? 

Angka ini diungkap lewat sebuah studi terbaru yang diterbitkan di JAMA Pediatrics. 
Bayangkan betapa besar dampak kondisi ini bagi perkembangan emosional dan mental anak-anak tersebut.

Penelitian ini dilakukan oleh Sean Esteban McCabe, Ph.D., dari University of Michigan School of Nursing, yang menggunakan data nasional dari survei tahun 2023 National Survey on Drug Use and Health. 

Data tersebut mencakup individu berusia 12 tahun ke atas yang tidak tinggal di institusi atau lembaga khusus. Dari situ, para peneliti memperkirakan ada 18.968.894 anak yang hidup dengan orang tua yang memenuhi kriteria gangguan penggunaan zat versi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5).

Lebih lanjut lagi, ternyata dari jumlah tersebut, lebih dari 7,6 juta anak tinggal bersama orang tua dengan tingkat gangguan sedang hingga parah, dan sekitar 3,4 juta lainnya hidup dengan orang tua yang mengalami lebih dari satu jenis gangguan penggunaan zat. 

Tidak hanya itu, sekitar 6,1 juta anak bahkan tinggal bersama orang tua yang selain mengalami kecanduan juga mengidap gangguan mental. Jenis kecanduan yang paling umum? Alkohol jadi yang utama, lalu disusul ganja, obat resep, dan narkoba non-ganja lainnya.

“Temuan ini menunjukkan pentingnya perhatian lebih dari pemerintah pusat, negara bagian, hingga level lokal terhadap anak-anak dan keluarga yang terdampak kecanduan,” tulis para peneliti. 

Mereka menambahkan bahwa pendekatan pengobatan berbasis keluarga yang berbasis bukti sangat diperlukan untuk mencegah dampak kesehatan buruk di masa depan bagi anak-anak ini.

Sahabat, kondisi seperti ini bukan hanya berdampak pada si orang tua, tapi juga menimbulkan efek domino bagi si kecil yang sedang dalam masa tumbuh-kembang. 

Dukungan sosial, akses terhadap layanan kesehatan mental, serta pendekatan terapi keluarga yang tepat bisa jadi kunci untuk memutus rantai ini.