Makan Ini Setelah Usia 50 Tahun Bisa Bikin Hidup Lebih Bahagia, Kata Penelitian

Sahabat.com - Sebuah penelitian besar di Inggris mengungkap bahwa makanan ternyata punya kaitan erat dengan kebahagiaan setelah usia 50 tahun. 

Mereka yang rutin makan ikan, buah, sayuran, serta lemak sehat cenderung merasa lebih puas dengan hidup dan memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi.

Penelitian yang dipublikasikan dalam British Journal of Health Psychology ini melibatkan lebih dari 3.000 orang berusia 50 tahun ke atas. 

Hasilnya cukup menarik, karena meskipun faktor kesehatan, ekonomi, dan suasana hati ikut berperan, pola makan tetap punya pengaruh tersendiri terhadap rasa bahagia.

Yang paling menonjol, konsumsi ikan minimal sekali seminggu terbukti berhubungan dengan meningkatnya rasa bahagia, bahkan setelah memperhitungkan faktor mood dan kesehatan. 

Para ahli menduga, kandungan asam lemak omega-3 dalam ikan membantu otak menghasilkan zat kimia penting seperti serotonin dan dopamin yang berperan dalam mengatur suasana hati.

Sementara itu, buah dan sayuran lebih kuat kaitannya dengan well-being yang bersifat eudemonik, yaitu perasaan memiliki tujuan, makna, serta pertumbuhan pribadi. Artinya, rutin makan sayur dan buah bukan hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga bisa membuat hidup terasa lebih bermakna.

Meski begitu, penelitian ini menemukan bahwa rata-rata peserta hanya makan dua porsi buah dan sayuran per hari, padahal pedoman kesehatan Inggris menyarankan setidaknya lima porsi. Jika jumlah itu tercapai, skor kebahagiaan cenderung lebih tinggi.

Salah satu peneliti, Dr. Andrew Steptoe, mengatakan bahwa meskipun hubungan antara pola makan dan kebahagiaan tidak sepenuhnya sederhana, hasil penelitian ini memberi sinyal bahwa makanan bisa menjadi faktor yang dapat diubah untuk meningkatkan kualitas hidup seiring bertambahnya usia.

Kesimpulannya, menambah asupan ikan, buah, dan sayuran bisa menjadi langkah sederhana sekaligus murah untuk menjaga mood tetap stabil dan membuat hari-hari lebih menyenangkan setelah memasuki usia 50 tahun. 

Walau begitu, para ahli menekankan perlunya studi lanjutan jangka panjang agar hasilnya lebih pasti.