Sering Makan Lemak? Ternyata Bisa Bikin Kamu Cemas, Ini Penjelasannya!

26 Juni 2025 11:52
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi baru yang dilakukan pada tikus muda menemukan bahwa pola makan tinggi lemak bisa memicu kegemukan dan perilaku seperti kecemasan, plus mengganggu fungsi otak dan merusak keseimbangan bakteri di usus.

Sahabat.com - Siapa sangka, makanan berlemak yang sering bikin kita ngiler ternyata punya dampak besar bukan cuma ke tubuh, tapi juga ke pikiran. 

Sebuah studi baru yang dilakukan pada tikus muda menemukan bahwa pola makan tinggi lemak bisa memicu kegemukan dan perilaku seperti kecemasan, plus mengganggu fungsi otak dan merusak keseimbangan bakteri di usus. 

Jadi, bukan cuma soal angka timbangan naik, tapi juga kondisi mental yang ikut terguncang.

Peneliti dari Georgia State University, Desiree Wanders, PhD, bilang, “Beberapa studi memang menunjukkan adanya kaitan antara obesitas dan kecemasan, tapi masih belum jelas apakah obesitas benar-benar penyebabnya atau justru karena tekanan sosial. Nah, temuan kami menunjukkan bahwa obesitas memang bisa memicu perilaku seperti kecemasan, kemungkinan besar karena perubahan di fungsi otak dan kesehatan usus.”

Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 32 tikus jantan dari masa remaja sampai awal dewasa. Separuhnya diberi makanan rendah lemak, dan sisanya diberi makanan tinggi lemak. 

Hasilnya? Tikus yang makan banyak lemak nggak cuma jadi gendut, tapi juga jadi lebih gampang panik dan tegang saat diuji coba. Mereka bahkan menunjukkan pola sinyal otak yang berbeda, terutama di bagian hipotalamus—area otak yang ngatur metabolisme—yang kemungkinan bisa berkontribusi pada gangguan kognitif.

Yang menarik lagi, isi perut alias mikrobiota usus mereka juga ikut berubah. 

Bakteri-bakteri baik di dalam usus para tikus gemuk ini ternyata berbeda jauh dibandingkan dengan yang kurus. Ini makin memperkuat teori bahwa usus dan otak itu saling terhubung—dan makanan yang kita konsumsi bisa jadi jembatan antara keduanya.

Meski ini masih penelitian pada tikus, Wanders percaya bahwa hasilnya bisa jadi petunjuk penting buat manusia juga. 

Ia bilang, “Penelitian ini bisa membantu kita melihat obesitas bukan hanya soal penampilan atau penyakit fisik seperti diabetes dan jantung, tapi juga kesehatan mental seperti kecemasan. Kalau kita paham hubungan antara pola makan, otak, dan bakteri usus, kita bisa lebih bijak dalam mencegah dan menangani masalah obesitas—terutama pada anak-anak dan remaja.”

Tapi tentu aja, hidup nggak sesederhana laboratorium. Wanders juga menekankan bahwa makanan bukan satu-satunya faktor. 

“Lingkungan, genetik, gaya hidup, sampai kondisi ekonomi juga punya pengaruh besar terhadap obesitas dan gangguan kesehatan mental,” jelasnya. 

Jadi, meski makanan berlemak bisa berdampak besar, tetap harus dilihat dalam konteks yang lebih luas.

Rencana selanjutnya, para peneliti mau cari tahu lebih dalam soal bagaimana obesitas akibat diet bisa memengaruhi otak dan perilaku. Mereka juga berencana melibatkan tikus betina dan kelompok usia lain. Menariknya, Wanders juga bilang penting untuk meneliti apakah intervensi seperti penurunan berat badan bisa membalikkan dampak buruk itu.

Kalau kamu selama ini ngerasa makin gampang cemas padahal cuma duduk ngemil di rumah, bisa jadi ini saatnya mikir ulang soal isi piringmu. Jangan-jangan, makananmu bukan cuma bikin kenyang, tapi juga bikin pikiran berat!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment