Sahabat.com - Sahabat, kalau kamu sedang menahan makan demi hidup sehat atau menurunkan berat badan, ada kabar penting yang perlu kamu tahu.
Sebuah studi terbaru dari BMJ Nutrition, Prevention & Health menemukan bahwa diet rendah kalori justru bisa meningkatkan risiko munculnya gejala depresi, terutama pada pria dan mereka yang memiliki berat badan berlebih.
Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 28 ribu orang dewasa dari Amerika Serikat, para ilmuwan menemukan bahwa mereka yang menjalani diet dengan pembatasan kalori memiliki skor gejala depresi yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menjalani diet apa pun. Bahkan, peningkatan gejala ini lebih terasa pada pria dan mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Selama ini, pola makan sehat yang kaya buah segar, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, protein tanpa lemak, dan ikan memang dikaitkan dengan risiko depresi yang lebih rendah. Tapi kenyataannya, tidak semua orang mengikuti pola makan seperti itu. Banyak yang justru membatasi kalori secara ekstrem atau menghindari kelompok nutrisi tertentu seperti lemak, gula, atau karbohidrat.
Nah, menurut data dari survei nasional di AS antara tahun 2007 hingga 2018, hampir 8 persen responden melaporkan mengalami gejala depresi. Dan dari total peserta, sekitar 8 persen menjalani diet rendah kalori, 3 persen membatasi nutrisi tertentu, dan hanya 2 persen yang mengikuti pola makan yang disesuaikan untuk kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes. Selebihnya, hampir 90 persen tidak menjalani diet khusus.
Yang menarik, skor depresi berdasarkan kuisioner PHQ-9 terlihat lebih tinggi pada mereka yang menjalani diet ketat, terutama mereka yang bertubuh gemuk. Skor ini mencerminkan gejala depresi seperti suasana hati yang buruk, kelelahan, dan gangguan tidur. Bahkan, pria yang menjalani diet pembatasan nutrisi tertentu mengalami peningkatan gejala mental seperti kecemasan dan gangguan konsentrasi.
Menurut para peneliti, hal ini bisa jadi karena diet rendah kalori di dunia nyata seringkali tidak seimbang, bahkan menyebabkan kekurangan protein dan vitamin penting seperti omega-3 dan B12.
Kondisi ini bisa memicu stres fisiologis dan memperparah gejala depresi. Selain itu, upaya menurunkan berat badan yang gagal atau fluktuasi berat badan yang naik-turun juga bisa memperburuk kesehatan mental.
Profesor Sumantra Ray, Chief Scientist dari NNEdPro Global Institute for Food, Nutrition and Health, mengatakan, “Studi ini menambah bukti bahwa pola makan yang membatasi nutrisi penting seperti omega-3 dan vitamin B12 bisa memicu gejala depresi. Namun, pengaruhnya masih kecil dan perlu penelitian lanjutan yang lebih akurat dan menyeluruh.”
Meskipun studi ini bersifat observasional dan belum bisa membuktikan hubungan sebab-akibat, hasilnya tetap jadi pengingat penting bagi siapa pun yang sedang menjalani diet ketat.
Jadi, sebelum mengurangi asupan kalori secara drastis, sebaiknya pertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan mentalmu, terutama kalau kamu pria atau memiliki indeks massa tubuh tinggi.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment