Fakta Mengejutkan: Sepatu Lari Wanita Ternyata Masih Didisain dari Kaki Pria!

17 Oktober 2025 19:06
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Studi tersebut melibatkan pelari wanita di Vancouver, Kanada, dan menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan sebenarnya membutuhkan desain sepatu yang benar-benar menyesuaikan bentuk kaki dan gaya gerak tubuh mereka.

Sahabat.com - Siapa sangka, di era teknologi olahraga yang makin maju, sepatu lari wanita ternyata masih didesain berdasarkan bentuk kaki pria. Artinya, sepatu yang kamu pakai saat jogging atau maraton bukan hasil rancangan khusus untuk anatomi tubuh perempuan — hanya versi mengecil dari sepatu pria, diberi warna lebih feminin, dan dijual sebagai sepatu wanita.

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam BMJ Open Sport & Exercise Medicine mengungkap kenyataan ini. Studi tersebut melibatkan pelari wanita di Vancouver, Kanada, dan menunjukkan bahwa sebagian besar perempuan sebenarnya membutuhkan desain sepatu yang benar-benar menyesuaikan bentuk kaki dan gaya gerak tubuh mereka.

Menurut para peneliti, perempuan memiliki anatomi kaki, massa tubuh, serta cara berlari yang berbeda dari laki-laki. Langkah perempuan cenderung lebih pendek, kontak kaki dengan tanah lebih cepat, dan tekanan yang diberikan pada sol sepatu juga berbeda. 

Selain itu, gerakan panggul dan pinggul perempuan cenderung lebih dinamis, apalagi saat melalui fase kehidupan seperti kehamilan, menstruasi, dan menopause. Semua hal ini seharusnya diperhitungkan dalam desain sepatu olahraga.

Salah satu peneliti, Dr. Liji Thomas, menjelaskan bahwa desain sepatu yang tidak sesuai anatomi perempuan bisa meningkatkan risiko cedera. 

“Jika sepatu dirancang berdasarkan bentuk kaki wanita, bukan pria, bisa jadi banyak pelari perempuan tidak akan mengalami cedera sebanyak sekarang,” ujarnya.

Dalam penelitian tersebut, para pelari wanita sepakat bahwa kenyamanan adalah faktor nomor satu dalam memilih sepatu. Baik pelari profesional maupun pemula sama-sama menginginkan sepatu yang empuk, fleksibel, dan melindungi kaki dari benturan. 

Menariknya, banyak pelari wanita mengatakan mereka tidak akan membeli sepatu yang tidak nyaman, meskipun bisa meningkatkan performa. Artinya, desain fungsional tetap harus berpadu dengan kenyamanan.

Selain itu, sebagian besar responden percaya bahwa sepatu juga berperan penting dalam mencegah cedera. Mereka lebih memilih merek yang sudah terpercaya karena merasa lebih aman. Namun, peneliti mengingatkan bahwa banyak informasi tentang sepatu lari masih simpang siur — beberapa mitos perlu diluruskan lewat edukasi berbasis bukti ilmiah.

Hasil studi juga menunjukkan bahwa kebutuhan sepatu wanita berubah seiring usia dan pengalaman. Perempuan yang lebih tua atau yang pernah hamil cenderung membutuhkan sepatu dengan bantalan lebih tebal dan bagian depan yang lebih lebar. Hal ini karena selama kehamilan, bentuk kaki bisa berubah — lengkungan menurun dan ukuran kaki membesar. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman jika tetap memakai sepatu lama yang terlalu sempit.

Secara umum, pelari wanita menginginkan sepatu dengan toe box lebih lebar, heel cup yang lebih sempit, dan bantalan ekstra. Sayangnya, hingga kini belum ada sepatu yang benar-benar memenuhi kebutuhan spesifik tersebut. Industri sepatu masih banyak yang menggunakan pendekatan “shrink it and pink it” — cukup mengecilkan sepatu pria dan mewarnainya dengan warna yang dianggap feminin seperti pink atau ungu.

Para ahli berharap merek-merek besar mulai berinovasi dengan menciptakan sepatu yang benar-benar dirancang dari bentuk kaki perempuan, bukan sekadar modifikasi dari model pria. Dengan desain yang sesuai anatomi, kenyamanan, dan tahapan hidup wanita, sepatu lari bisa menjadi lebih dari sekadar gaya — tapi juga perlindungan untuk performa dan kesehatan kaki.

Pada akhirnya, temuan ini menjadi pengingat bahwa tidak semua hal yang berlabel “wanita” benar-benar dibuat untuk wanita. Sudah saatnya produsen sepatu mendengarkan suara perempuan — karena kaki wanita berlari dengan cara yang berbeda, dan sepatu mereka juga seharusnya berbeda.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment