Sahabat.com - Siapa sangka, selama ini kita mungkin keliru memahami gagap.
Banyak orang mengira gagap hanya masalah di lidah atau kebiasaan berbicara yang kurang lancar. Tapi ternyata, di balik semua itu, ada cerita panjang yang melibatkan otak, genetik, bahkan kondisi pencernaan!
Profesor Gregory Snyder dari University of Mississippi bersama tim mahasiswanya membongkar fakta baru ini, dan hasilnya benar-benar bikin tercengang.
"Begitu saya membuka pikiran tentang apa itu sebenarnya gagap, semuanya jadi lebih jelas," kata Snyder.
Ia menyebut bahwa perilaku gagap sebenarnya adalah kegagalan otak dalam memulai atau melanjutkan gerakan bahasa otomatis. Dan ternyata, ini bukan cuma berlaku dalam bicara lho—bahkan dalam bahasa isyarat dan tulisan tangan pun bisa terlihat tanda-tanda gagap seperti jeda, pengulangan, atau gerakan yang tersendat-sendat.
Lebih dari 3 juta warga Amerika mengalami gagap. Terbanyak dialami anak usia 2 hingga 6 tahun, dan anak laki-laki lebih sering mengalaminya dibanding perempuan.
Tapi yang menarik, Snyder menemukan bahwa gagap juga berkaitan dengan mutasi gen yang sama dengan penyakit serius di masa kanak-kanak.
Wah, jadi makin terlihat bahwa ini bukan sekadar soal bicara!
Sayangnya, saat ini belum ada tes biologis khusus untuk mendiagnosis gagap. Metode yang dipakai masih sebatas pengamatan dan laporan pribadi berdasarkan model yang menilai kesadaran, emosi, pola bicara, dan dampaknya secara sosial. Pengobatan pun belum banyak berubah selama beberapa dekade, kecuali sedikit penggunaan obat untuk mengurangi aktivitas dopamin.
Nah, di sinilah Snyder dan timnya mencoba pendekatan yang beda. Mereka sedang menjalankan studi kecil dengan memberi suplemen vitamin ke peserta yang mengalami gagap.
"Dosisnya semua di bawah ambang aman harian," ujarnya.
Mereka juga menganalisis urin peserta untuk melihat kondisi sistem saraf dan kesehatan usus. Hasilnya cukup mencengangkan: hampir semua peserta punya masalah pencernaan, penyerapan antioksidan rendah, dan kadar metabolit asam amino yang juga rendah.
Menurut Snyder, gagap adalah kondisi medis yang lebih besar, dengan gangguan bicara sebagai gejala paling terlihat.
"Dengan memperbaiki kesehatan usus dan memberi suplemen vitamin-mineral yang mendukung kerja saraf, kita membantu tubuh pasien mengoreksi gangguan gagap ini sampai ke tingkat seluler," katanya.
Hasilnya? Bicara jadi lebih mudah, lancar, bahkan mungkin meningkatkan aspek lain yang selama ini tidak kita sadari dari penyakit gagap.
Lucunya, penemuan ini awalnya tak disengaja. Timnya sedang menjalankan uji coba dengan metode double-blind placebo-controlled, dan secara tak terduga menemukan pola nilai biologis unik di antara peserta yang gagap. Salah satu peserta bahkan bilang, "Saya tahu suplemennya bekerja karena saat saya berhenti meminumnya, hidup saya jadi lebih sulit."
Dan inilah poin pentingnya: ukuran keberhasilan terapi gagap bukan cuma menghitung berapa kali seseorang tergagap.
Menurut Snyder, pertanyaan yang lebih penting adalah, “Seberapa besar usaha yang kamu butuhkan untuk sekadar berbicara?”
Banyak pendekatan pengobatan lama hanya fokus menekan gejala gagap karena dianggap tidak berguna. Tapi kini makin banyak peneliti yang berpikir lebih bijak—bukan melawan gagap, tapi justru bekerja sama dengannya.
Profesor Dee Lance bilang, "Banyak orang yang tidak lancar bicara akhirnya memilih diam. Karena untuk mereka, berbicara itu butuh usaha besar. Jadi meski mereka ada di ruangan yang penuh orang, mereka tetap merasa sendiri."
Penelitian soal teori metabolisme dalam gagap ini benar-benar membuka jalan baru.
“Begitu kita memahami faktor biologis di balik gagap melalui sains, harapannya kita bisa menciptakan pemeriksaan yang tidak invasif dan pengobatan yang disesuaikan, baik secara perilaku maupun medis,” tutup Snyder dengan penuh harapan.
0 Komentar
Jangan Menyerah! Olahraga Sederhana Ini Bantu Penderita Penyakit Saraf Jadi Lebih Sehat dan Bugar
Obat Murah yang Bisa Cegah Bayi Lahir Prematur? Ini Temuannya!
Mengerikan Fentanyl Saat Hamil: Bayi Bisa Lahir Cacat!
Leave a comment