Sahabat.com - Buat kamu atau orang terdekat yang hidup dengan penyakit neuromuskular—seperti distrofi otot, sindrom pasca-polio, atau penyakit Charcot-Marie-Tooth—kabar ini bisa jadi titik terang.
Studi baru dari Belanda menunjukkan bahwa olahraga ringan yang dilakukan di rumah dan dipadukan dengan pendampingan pribadi ternyata bisa membantu meningkatkan kebugaran tubuh, bahkan saat kondisi tubuh terasa terbatas.
"Kurangnya aktivitas fisik sering terjadi pada orang dengan penyakit neuromuskular, karena gejalanya seperti kelemahan otot, cepat lelah, dan nyeri," jelas Eric Voorn, Ph.D., dari Amsterdam University Medical Center.
Tapi menurut Voorn, dengan pendekatan yang dipersonalisasi, olahraga di rumah bisa jadi jalan keluar yang aman dan efektif.
Penelitian ini melibatkan 91 orang dengan rata-rata usia 64 tahun, dan berlangsung selama 18 bulan. Sebagian dari mereka mengikuti program latihan selama enam bulan, sementara yang lainnya tetap menjalani perawatan biasa tanpa intervensi khusus. Peserta yang ikut program olahraga melakukan latihan di rumah menggunakan sepeda statis.
Sebagian besar latihan dilakukan dengan intensitas rendah, tapi ada juga sesi intensitas tinggi yang didampingi fisioterapis—baik secara langsung maupun lewat telepon.
Selain latihan fisik, mereka juga mendapat sesi coaching untuk menjaga semangat dan tetap aktif, termasuk membuat target harian dan evaluasi aktivitas. Tujuannya? Supaya olahraga bisa jadi bagian alami dari rutinitas sehari-hari.
Untuk mengukur kebugaran fisik, para peserta menjalani tes latihan maksimal hingga kelelahan, dilakukan pada empat waktu berbeda: di awal studi, setelah program selesai, enam bulan setelahnya, dan satu tahun kemudian. Hasilnya mengejutkan!
Setelah program selesai, peserta yang berolahraga memiliki kapasitas oksigen yang 10% lebih tinggi dibanding kelompok yang tidak mengikuti program. Bahkan satu tahun kemudian, hasilnya tetap lebih baik—23,9 ml/min/kg dibanding 20,9 ml/min/kg.
Yang menarik, jumlah kejadian buruk seperti jatuh atau nyeri tidak jauh berbeda antara kedua kelompok. Jadi program ini nggak cuma efektif, tapi juga aman.
Voorn bilang, "Penelitian selanjutnya perlu melihat bagaimana peningkatan kebugaran ini bisa membantu aktivitas harian penderita penyakit neuromuskular. Kita juga harus cari cara agar orang tetap termotivasi untuk terus berolahraga dalam jangka panjang."
Walaupun pandemi COVID-19 sempat bikin aktivitas peserta terganggu karena penutupan gym dan tempat olahraga, hasil riset ini tetap menunjukkan potensi besar dari olahraga yang simpel tapi konsisten—apalagi kalau dilakukan dengan dukungan dan strategi yang tepat.
Jadi, jangan tunggu sembuh dulu baru mau aktif. Justru dengan gerakan kecil yang dilakukan rutin, kamu bisa pelan-pelan membangun kembali kekuatan tubuh. Ingat, bukan soal seberapa keras kamu olahraga, tapi seberapa konsisten kamu menjalaninya.
0 Komentar
Jangan Menyerah! Olahraga Sederhana Ini Bantu Penderita Penyakit Saraf Jadi Lebih Sehat dan Bugar
Obat Murah yang Bisa Cegah Bayi Lahir Prematur? Ini Temuannya!
Mengerikan Fentanyl Saat Hamil: Bayi Bisa Lahir Cacat!
Leave a comment