Jangan Senang Dulu! Serangan Jantung Kini Lebih Banyak yang Selamat, Tapi Ancaman Lain Diam-diam Mengintai

26 Juni 2025 14:35
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Banyak faktor risiko baru bermunculan, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan gaya hidup malas gerak.

Sahabat.com - Dulu, kalau seseorang usia di atas 65 tahun terkena serangan jantung di Amerika, kemungkinan dia pulang hidup-hidup dari rumah sakit cuma sekitar 40%. Sekarang?

Angkanya sudah lebih dari 90%! Apalagi buat pasien yang lebih muda, peluang hidupnya makin besar. Tapi tunggu dulu, ini bukan berarti masalah jantung sudah selesai. Justru setelah selamat dari serangan jantung, banyak orang menghadapi risiko penyakit jantung lainnya yang nggak kalah serius.

Penelitian dari Stanford Medicine membuktikan hal ini. Dalam 50 tahun terakhir, jumlah kematian karena serangan jantung menurun drastis—bahkan hingga hampir 90%! Ini semua berkat perkembangan medis yang luar biasa: mulai dari CPR oleh orang awam, alat kejut jantung portabel, prosedur pemasangan stent, hingga obat-obatan penurun kolesterol seperti statin. Tak ketinggalan juga kampanye anti-rokok yang bikin angka perokok di AS turun dari 40% di tahun 1970 menjadi cuma 14% di tahun 2019.

"Orang-orang sekarang bisa selamat dari kejadian akut seperti serangan jantung. Tapi itu juga berarti mereka berisiko mengalami jenis penyakit jantung lain di masa depan," ujar Dr. Sara King, dokter residen dan penulis utama studi yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association.

Yang dulunya penyebab utama kematian karena jantung adalah penyakit iskemik—penyumbatan pembuluh darah, termasuk serangan jantung—sekarang penyakit non-iskemik seperti gagal jantung, aritmia, dan penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi mulai mengambil alih. Sekitar setengah dari kematian akibat penyakit jantung saat ini berasal dari penyebab non-iskemik.

"Untungnya, orang makin jarang meninggal karena penyakit iskemik. Tapi sekarang kita perlu fokus pada penyebab non-iskemik juga," tambah Dr. King.

Studi ini menganalisis data dari 119 juta kematian orang dewasa sejak tahun 1970 hingga 2022, dan 37 juta di antaranya disebabkan oleh penyakit jantung. Dulu hampir 91% kematian jantung disebabkan oleh gangguan iskemik. Tapi setiap dekade, teknologi medis selalu berkembang. Dari ruang perawatan jantung intensif, bypass, angioplasti balon, hingga terapi statin intensif dan obat baru untuk diabetes—semua itu membantu menurunkan angka kematian. 

Bahkan, kesadaran masyarakat bahwa serangan jantung adalah darurat medis yang harus segera ditangani juga memainkan peran besar.

Menurut Dr. Latha Palaniappan, profesor kedokteran kardiovaskular dan peneliti senior dalam studi ini, “Berkat investasi publik yang konsisten, kita bisa menyaksikan penurunan 90% kematian akibat serangan jantung—sebuah keajaiban medis yang tercipta dari sinergi antara sains, pengobatan, dan kesehatan masyarakat.”

Tapi masalahnya belum selesai. Banyak faktor risiko baru bermunculan, seperti obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan gaya hidup malas gerak. Sekitar 50% orang dewasa kini hidup dengan diabetes atau pradiabetes, dan 40% mengalami obesitas. Usia harapan hidup juga makin panjang, dari 70,9 tahun di 1970 menjadi 77,5 tahun di 2022. Semakin lama hidup, semakin besar pula peluang mengidap penyakit jantung kronis seperti gagal jantung atau atrial fibrillation.

"Sering kali, waktu adalah faktor yang bikin kondisi seperti fibrilasi atrium atau gagal jantung muncul," kata Dr. King. 

"Jadi sekarang tantangannya adalah bagaimana kita bisa menua dengan sehat."

Namun, perlu diingat juga bahwa angka-angka ini bisa menyembunyikan perbedaan besar antar kelompok masyarakat. Faktor seperti jenis kelamin, ras, dan status ekonomi bisa memengaruhi risiko dan akses terhadap layanan kesehatan.

"Banyak dari mereka yang masuk dalam data kematian ini adalah orang-orang yang tidak punya akses atau tidak terhubung dengan layanan kesehatan," ujar Dr. King. 

Ia berencana meneliti lebih dalam mengenai pola pada kelompok-kelompok tertentu supaya solusi yang ditawarkan bisa lebih tepat sasaran.

Meskipun kita sudah punya banyak “alat” untuk menghadapi penyakit jantung, kata Dr. King, "masih banyak yang bisa dikembangkan dan diperbaiki. Semoga saja angkanya makin baik ke depan."

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment