Jarang Disadari, Traveling Ternyata Bikin Otak Lebih Tajam dan Awet Muda

15 Desember 2025 13:35
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Ilustrasi seseorang menikmati perjalanan sambil berjalan santai di destinasi wisata, melambangkan manfaat traveling bagi kesehatan otak.

Sahabat.com - Bagi banyak orang, traveling identik dengan melepas penat, menjelajah tempat baru, dan mengumpulkan pengalaman seru. Namun di balik semua kesenangan itu, perjalanan juga menyimpan manfaat penting bagi kesehatan otak. Bahkan, traveling disebut sebagai salah satu aktivitas gaya hidup yang mampu menjaga ketajaman pikiran, terutama seiring bertambahnya usia.

Aktivitas fisik yang secara alami terjadi saat traveling menjadi kunci utama. Mulai dari berjalan di bandara, menyusuri museum, menjelajahi situs bersejarah, hingga sekadar berjalan santai di pantai atau jalur alam, semua gerakan ini membantu melancarkan aliran darah ke otak. Menurut sejumlah penelitian, olahraga ringan hingga sedang dapat meningkatkan fungsi kognitif, kecepatan berpikir, fokus, serta kemampuan mengambil keputusan.

David A. Merrill, M.D., psikiater geriatri sekaligus Direktur Pacific Brain Health Center di Santa Monica, menyebut traveling sebagai “latihan lengkap” untuk otak. 

“Merencanakan perjalanan, mengikuti tur dengan itinerary, dan mempelajari budaya baru akan mengaktifkan sirkuit otak untuk belajar dan mengingat. Otak terstimulasi oleh pengalaman baru, mulai dari aroma, pemandangan, hingga suara yang berbeda,” ujarnya.

Tak hanya soal gerak, traveling juga memperkaya otak lewat pengalaman mental dan sosial. Berada di tempat baru mendorong seseorang belajar hal baru, memahami sejarah lokal, hingga mencoba keterampilan berbeda seperti memasak, menari, atau berinteraksi dengan budaya setempat. 

Studi menunjukkan bahwa berada di lingkungan baru dapat meningkatkan empati, energi, fokus, dan perhatian, yang semuanya berperan penting dalam membentuk memori yang kuat. Tak heran jika kenangan liburan sering kali lebih melekat dibanding rutinitas harian.

Interaksi sosial saat traveling juga memberi dampak positif. Bertemu orang baru, mengobrol dengan sesama pelancong, atau menjalin pertemanan singkat di perjalanan membantu menjaga fungsi kognitif dan menurunkan risiko penurunan daya ingat. Menurut Merrill, aktivitas sosial adalah salah satu faktor penting untuk kesehatan otak jangka panjang.

Meski begitu, keseimbangan tetap dibutuhkan. Traveling tak harus selalu padat agenda. Menyisihkan waktu untuk istirahat juga penting agar otak bisa memproses pengalaman baru dengan optimal. Pada akhirnya, traveling bukan sekadar liburan, tetapi investasi gaya hidup sehat yang menyenangkan untuk tubuh dan otak.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment