Makan Sehat Tapi Berat Badan Gak Turun? Kata Harvard, Itu Tetap Bikin Tubuh Lebih Sehat!

16 Juni 2025 16:11
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi terbaru dari Harvard T.H. Chan School of Public Health bareng Ben Gurion University di Israel justru membalikkan anggapan itu. Mereka nemuin fakta menarik: hampir sepertiga orang yang makan sehat tapi nggak turun berat badannya, tetap dapet manfaat besar buat kesehatannya.

Sahabat.com - Kalau kamu selama ini berpikir bahwa satu-satunya cara buat jadi lebih sehat adalah menurunkan berat badan, siap-siap terkejut. 

Karena sebuah studi terbaru dari Harvard T.H. Chan School of Public Health bareng Ben Gurion University di Israel justru membalikkan anggapan itu. Mereka nemuin fakta menarik: hampir sepertiga orang yang makan sehat tapi nggak turun berat badannya, tetap dapet manfaat besar buat kesehatannya.

Ya, meski angka di timbangan nggak bergerak, tubuh mereka tetap mengalami peningkatan yang signifikan dalam hal kesehatan metabolik. 

Contohnya, kadar kolesterol baik alias HDL jadi naik, hormon lapar seperti leptin turun, dan lemak visceral di perut—yang biasanya melingkari organ vital—jadi berkurang. 

Kata Anat Yaskolka Meir, peneliti utama dari Harvard, “Selama ini kita terlalu terpaku sama anggapan bahwa sehat = berat badan turun. Padahal banyak orang yang nggak berhasil nurunin berat badan tetap mengalami perbaikan metabolisme dan risiko penyakitnya juga turun. Ini bukan kegagalan, tapi justru harapan.”

Penelitian ini ngamatin 761 orang di Israel yang punya masalah perut buncit dan ikut dalam tiga program diet besar. Mereka dibagi secara acak buat mengikuti berbagai jenis diet sehat selama 18–24 bulan, mulai dari diet rendah lemak, rendah karbohidrat, sampai Mediterania dan versi hijau-nya. 

Hasilnya? Cuma sekitar 36% yang berhasil nurunin berat badan lebih dari 5%, 36% lagi turun sedikit, dan 28% nggak turun sama sekali alias “kebal” sama penurunan berat badan.

Tapi menariknya, meskipun nggak turun berat badan, kelompok terakhir ini tetap nunjukin hasil positif: kolesterol baik naik, hormon lapar turun, dan lemak di bagian perut mengecil. 

Kata Yaskolka Meir, perubahan ini “bukan sekadar angka di timbangan, tapi perubahan dalam metabolisme tubuh yang berpengaruh nyata buat kesehatan jantung dan pembuluh darah.”

Mereka juga pakai teknologi canggih buat menganalisis DNA dan nemuin 12 titik metilasi yang bisa jadi petunjuk siapa aja yang secara biologis lebih susah nurunin berat badan. Jadi, ini bukan cuma soal niat atau disiplin, tapi juga ada faktor biologis yang berperan besar. 

Iris Shai, peneliti senior dari Harvard, bilang, “Kita semakin dekat buat ngerti kenapa satu diet bisa berhasil di satu orang tapi nggak mempan di orang lain. Ini bukan soal lemah atau malas—tapi soal tubuh kita masing-masing.”

Walaupun sebagian besar peserta penelitiannya adalah pria, para ilmuwan bilang studi selanjutnya harus lebih fokus ke perempuan juga, biar hasilnya makin beragam dan akurat.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment