Penyakit Misterius Tewaskan Lebih dari 50 Orang di Kongo, Diduga Bermula dari Kelelawar

28 Februari 2025 11:36
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Wabah ini pertama kali dilaporkan pada tiga anak yang jatuh sakit setelah mengonsumsi kelelawar.

Sahabat.com - Sebuah penyakit misterius yang belum teridentifikasi penyebabnya telah menyebabkan lebih dari 50 kematian di Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam lima minggu terakhir. Wabah ini pertama kali dilaporkan pada tiga anak yang jatuh sakit setelah mengonsumsi kelelawar.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga 16 Februari tercatat 431 kasus dan 53 kematian di dua wilayah yang terdampak di Provinsi Équateur. 

"Jumlah kasus meningkat dengan cepat dalam beberapa hari dan menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Namun, penyebabnya masih belum diketahui," ungkap juru bicara WHO, Tarik Jašarević, seperti dikutip dari The Guardian.

Jašarević juga menyebutkan bahwa desa-desa yang terjangkit wabah ini memiliki fasilitas kesehatan yang terbatas dan pengawasan penyakit yang minim. 

Wabah terbesar tercatat pada 13 Februari di Desa Bomate, Zona Kesehatan Basankusu, dengan 45 kematian dari 419 kasus.

Sebagian besar korban meninggal dalam waktu kurang dari 48 jam setelah gejala seperti demam, muntah, dan pendarahan internal muncul. 

"Ini sangat mengkhawatirkan," kata Serge Ngalebato, Direktur Medis Rumah Sakit Bikoro, yang berperan dalam pemantauan penyakit di wilayah tersebut.

Sampel dari 13 pasien yang terjangkit sudah diuji, dan hasilnya negatif untuk Ebola maupun Marburg. 

WHO menyatakan bahwa tim medis lokal sedang mencari kemungkinan penyebab lain seperti malaria, keracunan makanan, tifus, meningitis, atau jenis demam berdarah lainnya.

Wabah lebih kecil juga terjadi di Desa Boloko, Zona Kesehatan Bolomba, dengan 12 kasus dan 8 kematian sejak 21 Januari. 

Penyelidikan menunjukkan bahwa wabah ini berawal dari tiga anak yang meninggal pada awal Januari setelah mengalami gejala seperti demam, kelelahan, dan pendarahan. Anak-anak tersebut dilaporkan mengonsumsi kelelawar mati sebelum jatuh sakit.

Kasus serupa juga ditemukan di desa-desa sekitarnya, termasuk Boloko dan Dondo. WHO belum menemukan kaitan antara dua wabah ini. 

"Kami masih menyelidiki apakah ini infeksi lain atau akibat paparan zat beracun. WHO akan menentukan langkah selanjutnya untuk membantu," ujar Jašarević.

Pada bulan Desember 2024, DRC juga mengalami wabah penyakit tak dikenal yang akhirnya diidentifikasi sebagai malaria.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment