Pria Bisa Mati Karena Patah Hati, Angkanya Bikin Merinding!

16 Mei 2025 16:22
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru dari University of Arizona mengungkapkan sindrom patah hati—yang secara medis disebut takotsubo cardiomyopathy—bisa melemahkan jantung hingga fatal.

Sahabat.com - Siapa sangka patah hati bukan cuma bikin susah tidur dan baper melulu, tapi ternyata juga bisa membunuh? 

Penelitian terbaru dari University of Arizona mengungkapkan sindrom patah hati—yang secara medis disebut takotsubo cardiomyopathy—bisa melemahkan jantung hingga fatal. 

Data dari hampir 200.000 pasien di AS antara 2016–2020 menunjukkan insiden kondisi ini naik sedikit untuk pria dan wanita, dengan angka kematian keseluruhan sebesar 6,5 persen.

Ternyata, meski wanita lebih sering mengalami sindrom ini, pria justru dua kali lipat lebih mungkin meninggal dunia: 11,2 persen pria meninggal, dibanding 5,5 persen pada wanita. 

“Kami terkejut karena angka kematian dari takotsubo cardiomyopathy relatif tinggi tanpa perubahan signifikan selama lima tahun studi, dan tingkat komplikasi di rumah sakit juga meningkat,” ungkap Dr. M. Reza Movahed, ahli jantung intervensional.

Mengapa pria lebih rentan? Peneliti menduga karena penyebab “stres fisik”—misalnya operasi atau infeksi—lebih banyak terjadi pada pria, sementara stres emosional seperti perceraian atau kehilangan orang tercinta bisa memicu lonjakan hormon stres yang sama berbahayanya. Perbedaan kadar hormon antara pria dan wanita juga mungkin berperan.

Komplikasi yang sering muncul antara lain gagal jantung kongestif (35,9 persen pasien), fibrilasi atrium atau irama jantung tak teratur (20,7 persen), syok kardiogenik (6,6 persen), stroke (5,3 persen), dan henti jantung (3,4 persen). Karena gejalanya mirip serangan jantung, takotsubo sering keliru didiagnosis sebagai serangan jantung—padahal penanganan dini dengan obat anti-pembekuan darah bisa mencegah stroke embolik atau komplikasi lain pada pasien yang jantungnya sangat melemah. 

“Beberapa komplikasi, seperti stroke embolik, mungkin bisa dicegah dengan pemberian obat anti-pembekuan lebih awal pada pasien yang otot jantungnya sangat lemah atau yang memiliki fibrilasi atrium,” tambah Movahed.

Meskipun patah hati romantis sering diasosiasikan dengan kondisi ini, bukan semua kasus disebabkan oleh putus cinta. Kehilangan orang yang dicintai memang berdampak besar pada kesehatan fisik dan mental, dan jantung kadang jadi korban stres paling serius. 

Dr. Movahed pun menekankan, “Angka kematian yang terus tinggi ini mengkhawatirkan, menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menemukan pengobatan dan pendekatan terapi baru.”

Artikel hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of the American Heart Association. Jadi, sahabat, jangan remehkan stres—baik yang berasal dari tubuh maupun hati. Jaga kesehatan jantungmu, dan jika merasakan nyeri dada tiba-tiba setelah stres berat, jangan tunda ke rumah sakit!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment