Rahasia Mengejutkan Aplikasi Meditasi, Benarkah Bisa Bikin Hidup Lebih Tenang?

27 Agustus 2025 13:23
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi meditasi dapat membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi pikiran negatif berulang, hingga memengaruhi ekspresi gen yang berhubungan dengan peradangan.

Sahabat.com - Di tengah hiruk pikuk dunia modern, jutaan orang kini beralih ke aplikasi meditasi di ponsel mereka untuk mencari ketenangan. 

Tidak heran, aplikasi seperti Calm dan Headspace sudah diunduh lebih dari 300 juta kali di seluruh dunia. 

Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi meditasi dapat membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi pikiran negatif berulang, hingga memengaruhi ekspresi gen yang berhubungan dengan peradangan.

Menurut J. David Creswell, seorang psikolog kesehatan dari Carnegie Mellon University yang meneliti fenomena ini, aplikasi meditasi saat ini bukan hanya sekadar tren, tetapi juga membuka peluang besar bagi dunia sains. 

“Meditation apps, seperti Calm dan Headspace, telah menjadi sangat populer. Mereka bukan hanya melibatkan jutaan pengguna setiap hari, tapi juga menciptakan tantangan dan peluang ilmiah baru,” ujarnya.

Salah satu kelebihan terbesar aplikasi meditasi adalah akses yang mudah. Jika dulu meditasi lebih banyak dilakukan dalam kelompok atau kelas tertentu, kini siapa pun bisa melakukannya kapan saja. 

“Bayangkan seorang petani di daerah pedesaan yang tidak punya kesempatan ikut program meditasi tatap muka, sekarang ia bisa membawa aplikasi meditasi di sakunya dan mengaksesnya 24 jam,” kata Creswell yang juga merupakan profesor psikologi dan neurosains.

Studi juga menunjukkan bahwa cukup dengan 10 hingga 21 menit meditasi melalui aplikasi, tiga kali seminggu, sudah bisa memberikan manfaat nyata, mulai dari menurunkan stres, kecemasan, depresi, hingga membantu tidur lebih nyenyak. 

Bahkan, aplikasi meditasi kini bisa terhubung dengan perangkat pintar seperti Apple Watch atau Fitbit untuk melacak detak jantung dan pola tidur sehingga latihan meditasi menjadi lebih personal.

Meski begitu, ada tantangan besar yang dihadapi: sebagian besar orang berhenti menggunakan aplikasi ini setelah 30 hari. 

“Masalah keterlibatan pengguna bukan hanya terjadi pada aplikasi meditasi, tapi datanya cukup mengejutkan. Sekitar 95 persen orang berhenti memakai setelah sebulan,” jelas Creswell.

Namun, ia menegaskan bahwa potensi aplikasi meditasi sangat besar di tengah tingginya tingkat stres dan kesepian di dunia saat ini. 

“Orang-orang sedang menderita. Tingkat stres dan kesepian sangat tinggi, dan alat ini punya potensi besar untuk membantu,” tambahnya. 

Ia juga menekankan bahwa meskipun aplikasi tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan guru atau kelompok meditasi tatap muka, setidaknya aplikasi ini bisa menjadi langkah awal yang baik bagi siapa saja yang ingin melatih kesadaran diri dan mindfulness.

Dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan, aplikasi meditasi diprediksi akan semakin canggih, bahkan bisa menghadirkan chatbot sebagai pemandu meditasi yang lebih personal. 

Dari latihan singkat saat menunggu antrean kopi, hingga program khusus untuk atlet profesional, aplikasi meditasi tampaknya siap menjadi bagian penting dari gaya hidup sehat modern.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment