Sahabat.com - Di tengah hiruk pikuk dunia modern, jutaan orang kini beralih ke aplikasi meditasi di ponsel mereka untuk mencari ketenangan.
Tidak heran, aplikasi seperti Calm dan Headspace sudah diunduh lebih dari 300 juta kali di seluruh dunia.
Penelitian terbaru bahkan menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi meditasi dapat membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi pikiran negatif berulang, hingga memengaruhi ekspresi gen yang berhubungan dengan peradangan.
Menurut J. David Creswell, seorang psikolog kesehatan dari Carnegie Mellon University yang meneliti fenomena ini, aplikasi meditasi saat ini bukan hanya sekadar tren, tetapi juga membuka peluang besar bagi dunia sains.
“Meditation apps, seperti Calm dan Headspace, telah menjadi sangat populer. Mereka bukan hanya melibatkan jutaan pengguna setiap hari, tapi juga menciptakan tantangan dan peluang ilmiah baru,” ujarnya.
Salah satu kelebihan terbesar aplikasi meditasi adalah akses yang mudah. Jika dulu meditasi lebih banyak dilakukan dalam kelompok atau kelas tertentu, kini siapa pun bisa melakukannya kapan saja.
“Bayangkan seorang petani di daerah pedesaan yang tidak punya kesempatan ikut program meditasi tatap muka, sekarang ia bisa membawa aplikasi meditasi di sakunya dan mengaksesnya 24 jam,” kata Creswell yang juga merupakan profesor psikologi dan neurosains.
Studi juga menunjukkan bahwa cukup dengan 10 hingga 21 menit meditasi melalui aplikasi, tiga kali seminggu, sudah bisa memberikan manfaat nyata, mulai dari menurunkan stres, kecemasan, depresi, hingga membantu tidur lebih nyenyak.
Bahkan, aplikasi meditasi kini bisa terhubung dengan perangkat pintar seperti Apple Watch atau Fitbit untuk melacak detak jantung dan pola tidur sehingga latihan meditasi menjadi lebih personal.
Meski begitu, ada tantangan besar yang dihadapi: sebagian besar orang berhenti menggunakan aplikasi ini setelah 30 hari.
“Masalah keterlibatan pengguna bukan hanya terjadi pada aplikasi meditasi, tapi datanya cukup mengejutkan. Sekitar 95 persen orang berhenti memakai setelah sebulan,” jelas Creswell.
Namun, ia menegaskan bahwa potensi aplikasi meditasi sangat besar di tengah tingginya tingkat stres dan kesepian di dunia saat ini.
“Orang-orang sedang menderita. Tingkat stres dan kesepian sangat tinggi, dan alat ini punya potensi besar untuk membantu,” tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa meskipun aplikasi tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan guru atau kelompok meditasi tatap muka, setidaknya aplikasi ini bisa menjadi langkah awal yang baik bagi siapa saja yang ingin melatih kesadaran diri dan mindfulness.
Dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan, aplikasi meditasi diprediksi akan semakin canggih, bahkan bisa menghadirkan chatbot sebagai pemandu meditasi yang lebih personal.
Dari latihan singkat saat menunggu antrean kopi, hingga program khusus untuk atlet profesional, aplikasi meditasi tampaknya siap menjadi bagian penting dari gaya hidup sehat modern.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment