Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin

08 Desember 2025 16:37
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Ilustrasi jarum tato dan tinta berwarna yang menunjukkan proses pembuatan tato.

Sahabat.com - Sebuah studi internasional mengungkap fakta yang mungkin belum pernah terpikirkan oleh para pecinta tato. Para peneliti menemukan bahwa tinta tato dapat menetap di kelenjar getah bening seumur hidup dan memengaruhi cara tubuh merespons penyakit. 

Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences dan disebut sebagai penelitian paling lengkap mengenai dampak tinta tato terhadap sistem imun. “Penelitian ini mengungkap kekhawatiran serius terkait praktik tato,” tulis tim peneliti, seraya menyebutkan bahwa satu dari lima orang di dunia memiliki tato.

Awalnya, para ilmuwan tertarik saat melihat adanya peradangan pada tikus yang sebelumnya ditato untuk keperluan lain. Setelah diteliti lebih jauh, tinta dari warna hitam, merah, hingga hijau ternyata mampu bergerak melalui pembuluh limfatik menuju kelenjar getah bening hanya dalam hitungan menit dan menetap di sana. 

Peneliti menemukan peradangan kronis, kematian sel-sel imun makrofag, serta perubahan respons tubuh terhadap vaksin. Respons vaksin Covid-19 pada tikus yang ditato dilaporkan melemah, sementara respons terhadap vaksin influenza justru meningkat—menunjukkan adanya perubahan mekanisme tubuh.

Para peneliti memperingatkan bahwa salah satu masalah mendesak terkait tato adalah kemungkinan penyebaran partikel tinta ke organ lain dan risiko toksisitas jangka panjang. Mereka juga menegaskan bahwa tinta tetap berada dalam kelenjar getah bening meskipun tato telah dihapus dari kulit. 

“Dengan meningkatnya tren tato di masyarakat, hasil ini penting untuk memberi informasi kepada publik dan pembuat kebijakan mengenai potensi risiko perubahan respons imun,” tulis para penulis studi tersebut.

Penelitian sebelumnya juga mengaitkan tato dengan peningkatan risiko limfoma, di mana orang dengan tato berukuran besar berpotensi memiliki risiko hingga tiga kali lipat lebih tinggi dibanding mereka yang tidak bertato. 

Meski temuan ini belum bersifat final, para ahli menyarankan agar masyarakat lebih sadar akan risiko jangka panjang sebelum memutuskan menambahkan tinta permanen di kulit mereka.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment