Studi: Orang yang Belum Menikah Lebih Rentan Mengalami Depresi

07 November 2024 11:33
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Hasil analisis menunjukkan bahwa orang yang belum menikah memiliki risiko gejala depresi yang lebih tinggi sebesar 79 persen dibandingkan dengan pasangan yang sudah menikah. Risiko ini bahkan lebih tinggi pada individu yang sudah bercerai atau terpisah, dengan peningkatan risiko hingga 99 persen.

Sahabat.com - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa orang yang belum menikah memiliki kemungkinan 80 persen lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi dibandingkan dengan mereka yang sudah menikah. Temuan ini memberikan wawasan baru mengenai dampak status pernikahan terhadap kesehatan mental, terutama di negara-negara Barat.

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Politeknik Makau ini menganalisis data dari lebih dari 100.000 orang di tujuh negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Meksiko, Irlandia, Korea Selatan, China, dan Indonesia. Para peneliti menemukan bahwa status pernikahan dapat berperan sebagai faktor pelindung terhadap depresi, yang diperkirakan mempengaruhi sekitar 16 persen orang dewasa di Inggris.

Hasil analisis menunjukkan bahwa orang yang belum menikah memiliki risiko gejala depresi yang lebih tinggi sebesar 79 persen dibandingkan dengan pasangan yang sudah menikah. Risiko ini bahkan lebih tinggi pada individu yang sudah bercerai atau terpisah, dengan peningkatan risiko hingga 99 persen. Sementara itu, individu yang kehilangan pasangan (janda/duda) memiliki risiko 64 persen lebih tinggi untuk mengalami gejala depresi.

Temuan menarik lainnya adalah, orang yang belum menikah di negara-negara Barat, termasuk Inggris, cenderung lebih rentan terhadap depresi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di negara-negara Timur. Para peneliti menduga bahwa dukungan sosial yang lebih baik, kondisi finansial yang lebih stabil, dan pengaruh positif dari pasangan terhadap kesejahteraan masing-masing menjadi faktor yang berperan dalam menurunkan tingkat depresi di kalangan pasangan yang menikah.

Selain status pernikahan, penelitian ini juga menemukan bahwa pria dan individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi. Hal ini menandakan bahwa faktor-faktor sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, meskipun status pernikahan tetap menjadi salah satu faktor penentu utama.

Penelitian ini juga mencatat bahwa kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol dapat memperburuk gejala depresi pada orang yang belum menikah, bercerai, atau janda/duda. Meski demikian, beberapa pakar sebelumnya berpendapat bahwa konsep kebahagiaan dalam pernikahan bisa jadi lebih merupakan mitos, dengan sedikit bukti yang menunjukkan bahwa pernikahan menjamin hidup yang lebih bahagia dan sehat.

Meskipun temuan terbaru menunjukkan adanya hubungan antara status pernikahan dan risiko depresi, para ahli psikologi seperti Dr. Bella DePaulo, yang memimpin studi sebelumnya, berpendapat bahwa gagasan bahwa pernikahan selalu membawa kebahagiaan dan kesehatan lebih baik sangat dipertanyakan. Dalam tinjauan terhadap berbagai studi sebelumnya, DePaulo menemukan bahwa orang yang menikah tidak selalu menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal kesehatan fisik, kebahagiaan, atau bahkan risiko bunuh diri dan kesepian. Bahkan, ada bukti yang menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin menjadi sedikit kurang sehat setelah menikah.

Dr. DePaulo juga mengingatkan bahwa orang yang memilih untuk tetap lajang seringkali dipandang secara stereotip sebagai "miserable, lonely and alone," atau sebagai orang yang egois dan selalu mendambakan pasangan hidup. Padahal, menurutnya, stigma ini tidak mencerminkan kenyataan yang sebenarnya.

Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih kompleks tentang hubungan antara status pernikahan dan kesehatan mental. Meskipun menikah dapat memberikan keuntungan sosial dan emosional tertentu, penting untuk memahami bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan tidak selalu bergantung pada status pernikahan. Orang yang belum menikah pun dapat menikmati kehidupan yang sehat dan bahagia tanpa perlu terjebak dalam mitos atau stereotip tentang pernikahan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment