Waspada! Suhu Panas Bikin Kamu Mendengkur Lebih Parah dan Produktivitas Kerja Terancam!

18 Juni 2025 11:07
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Para peneliti dari jurnal Nature Communications baru aja membongkar fakta mencengangkan: makin panas suhu lingkungan, makin tinggi risiko seseorang mengalami obstructive sleep apnea (OSA), alias gangguan tidur karena saluran napas tersumbat.

Sahabat.com - Kalau kamu akhir-akhir ini sering merasa tidur nggak nyenyak atau bangun dengan napas megap-megap, bisa jadi itu bukan cuma karena stres atau kelelahan. 

Ternyata, suhu udara yang makin panas karena pemanasan global punya dampak langsung ke kualitas tidur kita. 

Para peneliti dari jurnal Nature Communications baru aja membongkar fakta mencengangkan: makin panas suhu lingkungan, makin tinggi risiko seseorang mengalami obstructive sleep apnea (OSA), alias gangguan tidur karena saluran napas tersumbat.

Dalam studi ini, para peneliti melihat data dari lebih dari 125 ribu orang di berbagai belahan dunia, menggunakan sensor tidur di bawah kasur. 

Hasilnya? Ketika suhu malam hari naik dari 6,4°C ke 27,3°C, risiko mengalami OSA sedang hingga berat melonjak sampai 45%! Bayangin aja, cuma karena udara makin gerah, kamu bisa ngalamin gangguan napas saat tidur yang bikin tubuh nggak bisa istirahat optimal.

Yang lebih bikin merinding, kondisi ini bukan cuma berdampak ke kesehatan. 

“Kami memperkirakan bahwa pemanasan global pada tahun 2023 telah menyebabkan hilangnya hampir 790 ribu tahun kehidupan sehat dan kerugian ekonomi sekitar 98 miliar dolar AS,” kata para peneliti dalam laporan tersebut. 

Itu termasuk kerugian kesejahteraan sekitar $68 miliar dan produktivitas kerja yang melorot senilai $30 miliar. Jadi bukan cuma soal dengkuran, tapi juga bisa bikin kamu nggak fokus kerja, gampang capek, bahkan jadi sering absen!

Bahkan di kota besar seperti London, peningkatan suhu tahun lalu bikin tambahan 150 juta hari OSA, dengan lebih dari 59 ribu tahun hidup yang terganggu kualitasnya. Dan bukan cuma orang tua yang kena—semua usia berisiko, apalagi laki-laki dengan indeks massa tubuh tinggi dan yang tidur lebih dari enam jam per malam. 

Para ahli juga bilang efek ini lebih parah di negara-negara berpenghasilan rendah, yang aksesnya ke penanganan medis terbatas.

Penelitian ini sangat kuat karena menggunakan data tidur selama beberapa malam, bukan cuma satu malam kayak kebanyakan studi sebelumnya. 

Tapi tetap aja, ada beberapa keterbatasan kayak kurangnya data suhu dalam ruangan, kualitas udara, dan kondisi kesehatan pendukung lainnya. Dan perlu dicatat juga, mayoritas peserta studi berasal dari negara-negara maju dan mayoritasnya laki-laki, jadi angka sebenarnya di dunia bisa lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Mereka juga memperkirakan kalau pemanasan global terus dibiarkan tanpa intervensi, maka beban OSA bakal meningkat hingga dua kali lipat atau lebih pada tahun 2100. Kebayang kan, gimana masa depan kita kalau tidur aja udah nggak bisa nyenyak lagi?
So, sahabat, ini jadi pengingat bahwa dampak perubahan iklim itu nggak cuma soal es mencair atau cuaca ekstrem. 

Kualitas tidur kita, kesehatan kita, bahkan performa kerja kita ikut-ikutan kena imbasnya. Saatnya lebih peduli sama lingkungan—bukan cuma buat bumi, tapi juga buat kita yang pengen tidur nyenyak tanpa gangguan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment