Waspada! Tanda Awal Kanker Mematikan Ini Ternyata Bisa Terlihat dari Kotoran Kamu!

26 Juni 2025 17:13
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Mungkin kedengarannya aneh, tapi ternyata isi toilet kita menyimpan banyak informasi soal kesehatan tubuh.

Sahabat.com - Kalau pagi ini kamu sempat sarapan atau bahkan belum makan apa-apa, organ kecil bernama pankreas tetap bekerja tanpa henti di balik layar. 

Organ ini mungkin jarang jadi topik obrolan, tapi punya peran vital: dia bantu mencerna makanan lewat enzim dan mengatur metabolisme tubuh lewat hormon. Tapi begitu pankreas mulai bermasalah, akibatnya bisa sangat fatal.

Kanker pankreas dikenal sebagai "pembunuh diam-diam" bukan tanpa alasan. Gejalanya sering muncul saat penyakit sudah di tahap lanjut, ketika pilihan pengobatan sangat terbatas. 

Di Inggris saja, antara tahun 2017 hingga 2019 tercatat lebih dari 10.700 kasus baru dan sekitar 9.500 kematian akibat kanker pankreas. Dan angka ini masih terus naik.

Jenis yang paling sering ditemukan adalah pancreatic ductal adenocarcinoma (PDAC) yang tumbuh di saluran pankreas, yaitu saluran yang menghubungkan pankreas ke usus kecil. Tumor di sini bisa menyumbat aliran enzim pencernaan dan bikin metabolisme energi terganggu. 

Akibatnya, pasien merasa lelah terus-menerus dan tidak enak badan. Tapi gejala-gejala ini sering dianggap remeh atau dikira cuma karena faktor lain.

Menariknya, sekarang para ilmuwan mulai melirik sumber tak terduga untuk mendeteksi PDAC sejak dini: feses alias kotoran. Mungkin kedengarannya aneh, tapi ternyata isi toilet kita menyimpan banyak informasi soal kesehatan tubuh. Ini karena di dalam usus kita hidup triliunan bakteri – bahkan jumlahnya lebih banyak dari sel tubuh kita sendiri. Para mikroba kecil ini membentuk komunitas kompleks yang bisa menunjukkan kondisi kesehatan kita, termasuk keberadaan penyakit.

Karena PDAC biasanya tumbuh di bagian pankreas yang tersambung ke usus dan karena sebagian besar orang buang air besar secara rutin, sampel kotoran bisa jadi cara praktis dan non-invasif untuk melihat apa yang sedang terjadi dalam tubuh.

Penelitian yang mendukung ide ini datang dari berbagai negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Spanyol. Yang terbaru adalah studi internasional tahun 2025 dari Finlandia dan Iran. 

Para peneliti mengumpulkan sampel kotoran dan menganalisis DNA bakteri dengan teknik yang disebut 16S rRNA gene amplicon sequencing. Meski namanya rumit, intinya sederhana: mereka membaca bagian genetik yang dimiliki semua bakteri untuk mengenali dan menghitung spesies yang ada di usus.

Hasilnya mengejutkan. Pasien PDAC menunjukkan keragaman bakteri usus yang lebih rendah, dengan beberapa jenis bakteri jumlahnya jauh berbeda dibanding orang sehat. Yang lebih keren lagi, tim ini berhasil membuat model kecerdasan buatan (AI) yang bisa membedakan antara pasien kanker dan orang sehat hanya berdasarkan profil bakteri ususnya.

Penelitian soal mikrobioma berkembang pesat. Kalau sebelumnya pakai metode amplicon sequencing, sekarang ada teknologi lebih canggih yang disebut shotgun metagenomic sequencing. Ini bisa membaca seluruh isi gen bakteri, bukan cuma satu bagian. Bahkan bisa mendeteksi apakah bakteri pernah pindah antarindividu. 

Teknologi ini membuka cara pandang baru soal kesehatan: bukan cuma soal manusia sebagai individu, tapi manusia sebagai ekosistem bersama mikroba-mikrobanya.

Dan ini nggak cuma soal kanker pankreas lho. Di Quadram Institute, teknik yang sama juga dipakai untuk meneliti kanker usus besar. Mereka sudah menganalisis lebih dari seribu sampel kotoran pakai alat komputasi canggih untuk menyusun ulang genom bakteri dari potongan DNA. Tujuannya, mengungkap bagaimana perilaku mikroba usus dalam kasus kanker kolorektal.

Interaksi dua arah antara kanker dan bakteri juga jadi topik yang bikin penasaran – karena ternyata bukan cuma bakteri yang bisa menunjukkan ada kanker, tapi kanker juga bisa mengubah komposisi mikrobioma di usus. Hal yang sama juga terlihat di penyakit Parkinson. Jadi ini benar-benar hubungan yang saling memengaruhi, dan para peneliti masih terus menyelidikinya.

Walau rumit dan kadang bikin pusing, perkembangan bioteknologi dan AI makin mempermudah kita memahami dunia mikro yang tak terlihat ini. Dan bagi pasien kanker maupun keluarganya, riset mikrobioma ini jadi harapan baru untuk deteksi dini. 

Memang masih dalam tahap awal untuk diterapkan di rumah sakit, tapi kemungkinannya besar banget untuk menyelamatkan nyawa kalau kita bisa menemukan ‘si pembunuh diam-diam’ ini lebih awal.

Jadi mulai sekarang, mungkin kita nggak bisa lagi menganggap remeh apa yang kita buang di toilet. Siapa tahu, jawaban atas pertanyaan medis terbesar justru tersembunyi di sana.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment