Pakar Komunikasi Publik: Air dan Perilaku Kita

06 Mei 2024 19:52
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Ilustrasi orang minum. (Pixabay)

Sahabat.com - , Pakar Komunikasi Publik Dr Dyah Rachmawati Sugiyanto menyebut siapa yang tidak membutuhkan air? Rasanya tidak mungkin, sebab air adalah sumber kehidupan. Melalui tulisan ini Dyah ingin mengingatkan kembali tentang bagaimana rasanya menghadapi kemarau. 

Dalam kondisi cuaca yang kering dan panas, yang umum kita rasakan adalah haus. 

Kekurangan air dapat membuat kita merasa kering di tenggorokan dan ingin minum lebih banyak. Selain haus, suhu yang tinggi membuat kita merasa lelah dan kurang bersemangat.

Saat kemarau, ketersediaan air menjadi sangat terbatas. Untuk itu, kita harus lebih bijaksana dalam menggunakan air agar tidak mengalami kekurangan.

Perubahan aktivitas manusia pun terjadi. Beberapa orang mungkin mengurangi aktivitas di luar ruangan karena suhu yang tinggi dan risiko dehidrasi. 

Dr Dyah Rachmawati Sugiyanto, Pakar Komunikasi Publik. (Foto istimewa)

 

Demikian juga dengan petani dan peternak. Mereka harus menghadapi tantangan dalam memastikan tanaman dan hewan tetap hidup selama musim kemarau.

Bentuk perubahan perilaku kita saat kemarau pada umumnya adalah terpaksa (complience). Perubahan perilaku karena terpaksa cenderung tidak baik dan bersifat tidak tahan lama. Bentuk perubahan perilaku karena terpaksa juga sering menyebabkan perlawanan pikiran. 

Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) yang diusulkan oleh Ajzen dan Fishbein pada tahun 1980 mengasumsikan bahwa perilaku ditentukan oleh keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu. Keinginan kita saat kemarau adalah tidak jauh dari ketersediaan air bersih. Untuk itu, tidak salah bila kita lakukan persiapan sebelum kemarau melanda.

Tindakan persiapan tersebut membuktikan bahwa menyiapkan diri memasuki musim kemarau adalah sebuah perilaku, respon atas stimulus mengenai informasi kemarau.

Teori Stimulus Organisme (SOR) menunjukan hubungan antara rangsangan (stimulus), individu (organisme), dan respons (perilaku). Teori ini menggambarkan bahwa perilaku manusia dapat terjadi melalui proses stimulus yang kita terima, kemudian diproses dan menghasilkan respons. 

Respon atas stimulus tersebut bisa positif, bisa juga negatif. Keduanya sama-sama mempengaruhi perubahan perilaku. 

Momentum Forum Air Dunia ke-10 yang digelar di Bali harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Keseriusan pemerintah dan berbagai pihak tampak mulai dari persiapan penyelenggaraannya. 

Persiapan untuk Forum ini yang tak kalah serius dari G20 dan KTT ASEAN yang berturut-turut menjadi ‘hajatan’ Indonesia pada dua tahun terakhir.

Kolektivitas dan Kesadaran

Bahasan forum terhormat ini mencakup langkah konkret dalam mengatasi masalah air. Tiga di antaranya mengenai investasi dalam infrastruktur air, pengelolaan sumber daya air, dan mitigasi perubahan iklim.

Salah satu tujuan besar pertemuan ini adalah meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu tindakan kolektif untuk mengatasi tantangan terkait air bersih dan sanitasi.

Strategi perubahan perilaku dapat terjadi melalui berbagai cara. Dua di antaranya adalah memberikan dorongan dan pendidikan yang serupa dengan pemberian informasi. 

Jika kedua strategi tersebut dilengkapi dengan contoh perilaku dan pembiasaan, maka akan membuat kita mudah mengingat, mempraktekkan, dan kemudian membiasakan. Musim kemarau memaksa kita menghadapi tantangan yang serius, yang membuat kita mengalami perubahan perilaku. 

Beberapa langkah mengantisipasi dan menghadapi musim kemarau, yang berkaitan dengan perubahan perilaku adalah hemat air, penghijauan, dan menjaga kebersihan.

Menghemat air dengan mengurangi pemborosan penggunaannya adalah langkah pertama. Masyarakat harus sadar akan pentingnya menghemat air, baik di rumah tangga, maupun di tempat kerja. 

Berikutnya, upaya penghijauan sanagt mungkin dialkukan secara mandiri. Menanam lebih banyak pohon dan vegetasi dapat membantu mengurangi penguapan air dan meningkatkan ketersediaan air tanah. Selain itu, penghijauan dapat mengurangi kerusakan lahan dan dapat membantu mempertahankan kelembaban tanah selama musim kemarau.

Edukasi merupakan aktivitas yang tidak hanya menyampaikan informasi tetapi pengetahuan dan contoh perilaku terpuji. Pengetahuan membangkitkan kesadaran. 

Tindakan kolektif berawal dari kesadaran individu untuk bergerak, memikirkan, dan bersikap, serta kesadaran untuk mau berubah menjadi lebih bijak dalam penggunaan air dan pemanfaatannya. Kesadaran dan perubahan perilaku kita tersebut jangan sampai berhenti, meskipun agenda forum ini berakhir. 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment