Sahabat.com - Kebakaran hutan yang melanda wilayah Los Angeles pada awal Januari 2025 telah menimbulkan dampak kesehatan serius bagi penduduk setempat, dengan asap dan jelaga yang menyelimuti area sekitar Pegunungan San Gabriel dan Pantai Palisades. Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran Eaton dan Palisades ini tercatat sebagai yang terberat dalam beberapa tahun terakhir, dengan pembacaan kualitas udara yang mencapai angka memprihatinkan.
Pada 8 Januari, alat pemantau udara di Chinatown, sekitar 16 kilometer dari kebakaran Eaton, mencatat 483,7 mikrogram per meter kubik materi partikulat halus—pembacaan tertinggi dalam empat tahun terakhir, sementara alat pemantau di Pacific Palisades mencatat 1.100 mikrogram per meter kubik. Paparan polusi partikel halus ini berisiko bagi kesehatan, terutama bagi individu yang sudah rentan, seperti anak-anak dan orang dengan masalah pernapasan.
Dampak kesehatan langsung dari kebakaran ini termasuk lonjakan signifikan dalam kunjungan rumah sakit di Kabupaten Los Angeles. Menurut Departemen Kesehatan Masyarakat Kabupaten, kunjungan rumah sakit terkait kebakaran meningkat 16 kali lipat pada puncak kebakaran, dengan 81 orang dirawat karena luka bakar atau paparan asap. Peneliti mencatat bahwa dampak jangka panjang dari paparan asap ini dapat berhubungan dengan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, dan kerusakan paru-paru yang serius.
Anak-anak, terutama yang menderita asma, sangat rentan terhadap dampak kebakaran hutan. Sebuah studi yang dilakukan setelah Kebakaran Camp pada 2018 menunjukkan bahwa anak-anak dengan asma mengalami peningkatan serangan asma yang signifikan, dengan kelompok anak-anak Latino paling terpengaruh. Komunitas yang terpinggirkan di Los Angeles, seperti Chinatown, Boyle Heights, Compton, dan Long Beach, yang mayoritas dihuni oleh kelompok Latino, Asia, dan Black, juga menghadapi dampak yang lebih berat karena paparan polusi industri yang sudah ada sebelumnya.
Hingga Rabu sore, tercatat 25 kematian yang terkait dengan kebakaran ini di Kabupaten Los Angeles. Model pemodelan yang dilakukan oleh peneliti Universitas Cornell memperkirakan bahwa gelombang asap dapat menyebabkan lebih banyak kematian, meskipun angka pasti belum dapat dipastikan. Peneliti NASA juga memantau polusi udara pasca kebakaran, termasuk gas berbahaya seperti nitrogen dioksida dan formaldehida yang dapat mengiritasi paru-paru dan menyebabkan kanker.
Meskipun kualitas udara mulai membaik setelah angin membantu membersihkan asap, risiko jangka panjang tetap ada. Puluhan ton abu kebakaran hutan yang tersebar di area tersebut berpotensi mengandung bahan kimia beracun dari rumah dan kendaraan yang terbakar. Distrik Pengelolaan Kualitas Udara Pantai Selatan telah mengeluarkan pemberitahuan debu, memperingatkan warga untuk menggunakan masker N95 saat berada di luar rumah dan menjaga jendela tetap tertutup.
NASA, yang menggunakan satelit dan sensor untuk memantau dampak kebakaran, memperkirakan bahwa kebakaran ini mungkin akan meninggalkan kontaminasi jangka panjang di lingkungan, yang dapat mempengaruhi proses pemulihan dan pembersihan di tahun-tahun mendatang.
0 Komentar
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Terungkap! Jadi Penyanyi Terkenal Bisa Memangkas Usia Hingga 4,5 Tahun
Leave a comment