Gawat! CDC Sebut Lansia yang Terima Booster Pfizer Berisiko Terkena Serangan Stroke

27 Januari 2023 10:01
Penulis: Ramses Manurung, lifestyle
Ilustrasi vaksin Covid-19/ist

Sahabat.com - Kabar kurang mengenakan datang dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS). Disebutkan, kelompok lanjut usia (lansia) yang menerima vaksin booster Pfizer/BioNTech berisiko terkena serangan stroke. 

Indikasi tersebut terlihat pada data baru dari sebuah database CDC AS.

Namun pejabat kesehatan AS mengatakan pihaknya melihat sinyalnya lebih lemah dibanding  
yang telah ditandai oleh badan tersebut pada awal Januari.

Pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan mereka tidak mendeteksi hubungan antara suntikan dan stroke di dua database pemantauan keamanan lainnya.

Data baru tersebut dipresentasikan pada pertemuan para ahli luar yang memberi nasihat kepada FDA tentang kebijakan vaksin. Awal bulan ini, pejabat kesehatan AS mengatakan mereka telah mendeteksi kemungkinan kaitan dengan stroke iskemik pada orang berusia di atas 65 tahun yang menerima suntikan booster terbaru dalam database Vaccine Safety Datalink (VSD). 

Dikatakan, pada saat itu sangat tidak mungkin untuk mewakili risiko klinis yang sebenarnya. 

Sementara itu, Dr Nicole Klein dari perusahaan kesehatan Kaiser Permanente, yang menyimpan data VSD untuk CDC, mengatakan tingkat stroke yang diamati dalam database telah melambat dalam beberapa minggu terakhir, tetapi sinyalnya masih signifikan secara statistik, yang berarti kemungkinan besar bukan kebetulan. 

Sebagian besar kasus yang dikonfirmasi juga menerima vaksin flu pada saat yang sama, yang mungkin menjadi salah satu faktornya. 

Ilmuwan FDA Richard Forshee mengatakan badan tersebut berencana untuk mempelajari apakah ada peningkatan risiko stroke dari menerima dua suntikan pada waktu yang sama, mengutip kompascom. 

Kedua agensi masih merekomendasikan orang dewasa yang lebih tua menerima suntikan penguat, yang sekarang disesuaikan untuk menargetkan varian Omicron serta virus corona asli. Dr Walid Gellad, profesor kedokteran di University of Pittsburgh, mengatakan masalah ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment