Sahabat.com - Penelitian menunjukkan bahwa makanan ultra-proses yang tinggi kalori memainkan peran signifikan dalam perkembangan obesitas.
Namun, dampak jangka panjang dari makanan ini terhadap otak belum jelas hingga kini.
Mengejutkan, bahkan konsumsi makanan yang sangat diproses dan tidak sehat dalam jangka pendek dapat secara signifikan mengurangi sensitivitas insulin pada otak orang yang sehat.
Efek ini bertahan meskipun sudah kembali ke pola makan normal, seperti yang ditemukan dalam sebuah studi yang dilakukan sebuah tim.
Hal ini menyoroti peran penting otak dalam perkembangan obesitas. Distribusi lemak yang tidak sehat dan penambahan berat badan yang terus-menerus terkait dengan respons otak terhadap insulin.
Pada orang yang sehat, insulin membantu mengontrol nafsu makan di otak. Namun, pada orang dengan obesitas, insulin kehilangan kemampuannya untuk mengatur kebiasaan makan, yang menyebabkan resistensi insulin.
Insulin memiliki banyak peran dalam tubuh, termasuk membantu gula, atau glukosa, mencapai sel otot untuk digunakan sebagai energi setelah makan.
Di otak, insulin juga memberi sinyal pada tubuh untuk makan lebih sedikit dengan mengurangi asupan makanan.
Namun, tidak semua otak merespon insulin dengan cara yang sama. Banyak orang memiliki respons insulin yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali di otak, yang dikenal sebagai "resistensi insulin otak".
Orang dengan resistensi insulin otak cenderung lebih sering merasa lapar dan memiliki lebih banyak lemak di perut. Lemak dapat mempromosikan obesitas dan berkontribusi signifikan pada resistensi insulin.
Semakin banyak sel lemak, terutama di perut, semakin kurang efektif insulin. Lemak mengeluarkan zat pengirim yang mempromosikan resistensi insulin.
Namun, tanda-tanda berkurangnya sensitivitas insulin di otak sudah dapat terlihat jauh sebelum kita berbicara tentang obesitas, yang didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) di atas 30.
IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter), meskipun metode ini memiliki keterbatasan.
Oleh karena itu, disarankan untuk mengukur lemak tubuh untuk mengonfirmasi obesitas. Setelah hanya lima hari mengonsumsi tambahan 1.500 kalori yang terdiri dari cokelat dan keripik, sensitivitas insulin di otak para peserta studi menurun drastis.
Gejala-gejala ini, hingga kini, biasanya hanya terlihat pada orang yang obesitas. Bahkan seminggu setelah kembali ke pola makan normal, pemindaian MRI menunjukkan sensitivitas insulin otak yang tetap rendah.
Meskipun tidak terjadi peningkatan berat badan yang signifikan, periode singkat ini cukup untuk menyebabkan peningkatan signifikan pada lemak hati.
Dampak Obesitas Lebih Kompleks dari Sekadar Diet dan Olahraga Tampaknya, obesitas bukan hanya masalah diet yang buruk dan kurangnya olahraga. Ini juga sangat terkait dengan adaptasi respons insulin otak terhadap perubahan diet jangka pendek sebelum peningkatan berat badan terjadi.
Apakah resistensi insulin di otak adalah masalah yang permanen? Di masa lalu, olahraga secara teratur dalam jangka waktu tertentu telah terbukti dapat mengembalikan sensitivitas insulin otak pada orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
Dapat diasumsikan bahwa hal ini juga berlaku bagi orang dengan berat badan normal. Jumlah orang yang obesitas di seluruh dunia telah lebih dari dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Dan tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa tren ini akan segera berakhir.
Namun, peran otak harus dipertimbangkan, karena mekanisme tubuh yang menyebabkan obesitas lebih kompleks daripada sekadar diet buruk dan kurangnya olahraga.
0 Komentar
Apakah Seks Membantu Tidur Lebih Nyenyak?
Apakah Olahraga Benar-Benar Memperpanjang Umur? Studi Kembar Memberikan Wawasan Baru
Hanya 5 Hari Makanan Cepat Saji Bisa Turunkan Sensitivitas Insulin Otak dan Picu Obesitas
Pria Australia Pertama yang Keluar Rumah Sakit dengan Jantung Titanium yang Menyelamatkan Nyawa
Psikolog Berikan Tips Menjaga Kesehatan Mental Selama Ramadhan
Mengatasi Infeksi Jamur pada Kuku Kaki: Langkah Sederhana untuk Kuku Kaki yang Lebih Sehat
Pengaruh Lingkungan terhadap Kesehatan Anak
Leave a comment