Kok Bisa Pemasaran Susu Formula Digital Ancam Kesehatan Anak? Simak Fakta Mengejutannya!

02 Juni 2025 17:29
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Faktanya, lebih dari separuh orang tua baru menemukan iklan susu formula saat berselancar online, kadang dibungkus seperti “saran medis” atau obrolan dengan sesama ibu.

Sahabat.com - Siapa sangka kalau di balik ponsel canggih yang kita pegang setiap hari, tersembunyi kampanye pemasaran susu formula yang bisa merusak niat baik para orang tua baru? 

Faktanya, lebih dari separuh orang tua baru menemukan iklan susu formula saat berselancar online, kadang dibungkus seperti “saran medis” atau obrolan dengan sesama ibu. 

Bahkan di beberapa negara, angka ini bisa mencapai lebih dari 90 persen!

Sekilas, tawaran-tawaran itu terlihat membantu. Tapi mereka lupa bilang kalau ASI punya peran tak tergantikan dalam membangun sistem kekebalan anak—sesuatu yang tak bisa digantikan oleh susu formula. 

Lalu, ada risiko yang tak kalah penting: susu formula harus dicampur dengan air, dan di tempat-tempat yang pasokan air bersihnya masih minim, campuran itu bisa memicu penyakit dan infeksi pada si kecil.

Lebih bikin miris lagi, kampanye digital ini “memburu” orang tua saat mereka lagi rapuh, butuh panduan, bukan dimanipulasi. 

Akhirnya, informasi yang seharusnya tepercaya pun kalah telak oleh promosi yang sebenarnya sangat menjebak.

Padahal sejak tahun 1981, ada International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes yang diadopsi WHO untuk melindungi keluarga dari eksploitasi semacam ini. 

Sayangnya, laporan WHO dan UNICEF tahun 2022 mengungkap kalau perusahaan susu formula sekarang menghabiskan sekitar 70 persen anggaran pemasaran mereka untuk platform digital—mulai dari aplikasi, klub virtual ibu, influencer berbayar, hingga forum online—semua itu demi mengumpulkan data pribadi dan menyebar promosi yang melanggar kode tersebut.

Untungnya, baru-baru ini, perwakilan WHO mengambil langkah tegas. Pada 26 Mei 2025 di Sidang Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa, muncul resolusi penting yang digagas oleh Meksiko dan Brasil, didukung oleh sembilan negara anggota SUN Movement, untuk mengekang pemasaran susu formula digital dan memastikan orang tua dapat informasi yang jujur dan transparan. Ini kabar baik, tapi tentu saja tantangannya belum selesai begitu saja.

Bicara soal manfaat ASI, sudah terbukti sejak lama kalau ASI bukan sekadar makanan. Dengan memberikan nutrisi lengkap, memperkuat imunitas, dan mendukung perkembangan otak, ASI bisa mengubah jalan hidup ibu dan anak secara radikal. 

Bayangkan, kalau ASI ditingkatkan secara global, bisa menyelamatkan 823.000 nyawa anak yang sebenarnya bisa dihindari, dan 20.000 kematian akibat kanker payudara setiap tahun! 

Selain itu, ASI juga terbukti menurunkan risiko stunting fisik dan kognitif hingga 20 persen.

Dulu, tren ASI eksklusif sempat meningkat: sejak 2012, presentasenya naik dari 37 persen menjadi hampir 48 persen pada 2021, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Sayangnya, tipisnya celah informasi ini membuat upaya itu terancam, dan kurangnya ASI eksklusif bertanggung jawab atas 16 persen kematian anak tiap tahun.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, penegakan aturan itu krusial banget. Negara perlu sistem pengawasan yang kuat agar setiap pelanggaran bisa cepat ditindak. Contohnya, Vietnam bikin “Virtual Violations Detector” berbasis AI untuk memantau pelanggaran kode pemasaran susu formula secara real-time. 

Begitu alat ini deteksi pelanggaran, regulator langsung dapat peringatan untuk segera ambil tindakan.

Kedua, semua kebijakan harus berjalan seiringan di berbagai sektor. Jangan sampai pekerja kesehatan nggak kebagian panduan, organisasi masyarakat sipil kekurangan sumber daya, atau platform teknologi malah lolos tanpa regulasi. 

Harus ada kolaborasi yang rapih antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan pelaku kesehatan supaya lubang celah itu bisa ditutup.

Ketiga, jangan cuma membatasi pemasaran buruk, tapi kita juga perlu mendorong kampanye positif yang dukung ibu menyusui. 

Satu contoh inspiratif datang dari El Salvador lewat kebijakan nasional “Nacer con Cariño” (Lahir dengan Kasih Sayang). Sejak diterapkan pada 2021, sudah ada 69.000 bayi lahir dengan pendekatan perawatan yang menghormati proses menyusui. 

Lebih dari 1.000 konselor laktasi dilatih berkat dukungan SUN Movement, dan hebatnya, El Salvador sukses melampaui target global ASI eksklusif 50 persen untuk 2025—mereka sudah tembus lebih dari 65 persen!

“Orang tua yang terinformasi akan membuat pilihan yang berdaya, dan pilihan yang berdaya akan memberi setiap anak awal terbaik dalam hidup,” kata Afshan Khan, Asisten Sekjen PBB sekaligus koordinator SUN Movement.

Sekarang, kita punya amanah baru dari resolusi tersebut, ditambah komitmen negara-negara di KTT Nutrition for Growth di Paris awal tahun ini. Saatnya kita gerak bareng—dari dunia maya sampai lapangan—agar resolusi ini benar-benar berdampak dan mengubah keadaan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment