Sahabat.com - Masalah kesehatan mental pada anak ternyata tak selalu disebabkan oleh kemiskinan.
Sebuah penelitian internasional yang melibatkan SWPS University menemukan bahwa gangguan psikologis pada anak bisa muncul terlepas dari kondisi ekonomi keluarga.
Temuan ini membantah anggapan lama bahwa kemiskinan adalah faktor utama yang memperparah hubungan mental antara orang tua dan anak.
Penelitian ini menganalisis data dari Millennium Cohort Study di Inggris, melibatkan lebih dari 10.000 anak yang dilacak sejak usia 9 bulan hingga 17 tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan antara stres orang tua dan kesehatan mental anak tetap kuat, baik dalam keluarga miskin maupun keluarga dengan pendapatan tinggi.
Ini artinya, faktor ekonomi tidak memperkuat atau memperlemah pengaruh gangguan mental orang tua terhadap anak.
“Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah memang lebih sering mengalami gangguan mental, tetapi belum jelas mengapa. Kebanyakan studi sebelumnya punya kelemahan dalam metode analisisnya,” jelas Dr. Agata DÄ™bowska, psikolog sekaligus profesor dari Fakultas Psikologi SWPS University di Warsawa.
Ia menambahkan bahwa temuan baru ini mengisi kekosongan penting dalam literatur ilmiah dan dapat membantu merancang intervensi yang lebih tepat sasaran.
“Kami ingin memahami apakah kesulitan ekonomi memperburuk masalah kesehatan mental dalam keluarga. Ternyata, jawabannya tidak sesederhana itu,” ujarnya.
Para peneliti dari Universitas Sheffield, Ankara, Lancaster, dan SWPS menggunakan metode statistik canggih bernama ALT-SR untuk memastikan hasil yang akurat.
Mereka juga menganalisis data berdasarkan jenis kelamin karena jalur perkembangan antara anak laki-laki dan perempuan bisa berbeda.
Penemuan ini menggugurkan teori yang mengatakan bahwa kemiskinan akan memperburuk kemampuan orang tua dalam mengatasi masalah dan mendampingi anak.
“Hasil kami tidak sesuai dengan meta-analisis sebelumnya yang menyatakan hubungan antara depresi ibu dan gangguan mental anak lebih kuat dalam keluarga miskin,” kata DÄ™bowska lagi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa masalah mental memang lebih umum ditemukan di keluarga dengan latar belakang ekonomi rendah.
Karena itu, meskipun kemiskinan tidak memperburuk dampaknya, upaya pencegahan dan perawatan tetap perlu difokuskan pada kelompok ini.
Para ahli menyarankan agar intervensi kesehatan mental untuk anak dilakukan secara merata di semua lapisan masyarakat, tanpa memandang status ekonomi.
Artinya, perhatian terhadap kesehatan mental anak seharusnya menjadi prioritas siapa pun, dari kelas bawah hingga atas.
Penelitian ini menegaskan bahwa kesehatan mental bukan semata soal uang. Kesehatan emosional orang tua, terutama dalam memberikan dukungan kepada anak, memiliki pengaruh besar yang berdampak langsung pada tumbuh kembang psikologis sang buah hati.
0 Komentar
Naik Skuter Listrik Ternyata 3 Kali Lebih Berisiko Masuk Rumah Sakit Dibanding Sepeda
Kebiasaan Tidur Ini Diam-Diam Bisa Mengacaukan Kesehatanmu
Minum Kopi atau Teh Setiap Hari Bisa Bikin Otak Tetap Tajam di Usia Tua, Ini Penjelasannya
Duka Mendalam Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Hingga Dua Kali Lipat dalam 10 Tahun
Jalan Kaki 7.000 Langkah Sehari Bisa Kurangi Risiko Penyakit Serius, Ini Kata Para Ahli
Leave a comment