Sahabat.com - Pernah merasa klik banget sama orang yang selalu positif dan optimis? Ternyata itu bukan cuma perasaan aja, tapi bisa jadi otak kalian memang ‘senada’.
Yup, menurut penelitian baru yang dipublikasikan di jurnal PNAS, orang-orang yang punya pandangan positif tentang masa depan ternyata menunjukkan pola aktivitas otak yang sangat mirip saat membayangkan kejadian-kejadian di masa depan. Gila sih, ini kayak otak para optimis itu connect satu sama lain!
Penelitian ini dilakukan lewat pemindaian otak (fMRI) ke sekelompok pasangan menikah. Mereka diminta untuk membayangkan berbagai skenario masa depan—yang menyenangkan, biasa aja, bahkan yang agak kelam.
Tapi, yang menarik, saat para optimis membayangkan kejadian-kejadian ini (terutama yang positif), bagian otak mereka—khususnya di medial prefrontal cortex—beraksi dengan pola yang nyaris sama! Jadi kayak, kalau kamu dan teman kamu sama-sama optimis, otak kalian literally bekerja dengan cara serupa saat membayangkan masa depan yang cerah.
“Saat kita lihat hasil scan-nya, kita bisa tahu siapa yang punya pandangan optimis hanya dari cara otaknya merespon skenario masa depan,” jelas Kazuki Yanagisawa, peneliti utama dalam studi ini.
Dan hasilnya konsisten—nggak cuma sekali, tapi dari dua eksperimen terpisah.
Yang lebih menarik lagi, otak para optimis ini ternyata punya semacam ‘peta emosi’ yang lebih jelas.
Mereka bisa membedakan antara peristiwa positif dan negatif secara lebih tajam dibandingkan yang nggak terlalu optimis. Ini mungkin jadi salah satu alasan kenapa optimis sering terlihat lebih tangguh dan stabil secara emosional.
Mereka lebih jago dalam menyaring energi positif dan memisahkan hal-hal negatif agar nggak terlalu mendominasi pikiran.
Peneliti juga membandingkan dua model cara kerja otak: satu yang umum dan satu lagi yang disebut “Anna Karenina Model”. Model yang terakhir ini menyebutkan kalau orang yang bahagia atau optimis itu cenderung mirip satu sama lain dalam cara mereka berpikir, sedangkan yang nggak bahagia atau pesimis lebih bervariasi. Dan ternyata model “Anna Karenina” ini yang paling cocok menjelaskan hasil penelitian mereka.
Tapi, ada satu hal yang bikin peneliti penasaran: efek ‘kesamaan otak’ ini lebih kuat saat peserta membayangkan sesuatu tentang diri mereka sendiri, dibandingkan saat mereka membayangkan hal yang terjadi pada pasangan mereka. Jadi bisa jadi, optimisme memang lebih personal sifatnya—lebih kuat kalau itu menyangkut diri sendiri.
Walaupun begitu, temuan ini membuka kemungkinan besar bahwa optimisme bukan cuma mempengaruhi suasana hati, tapi juga bisa mempererat hubungan sosial. Kalau pola pikir dan ‘pola otak’ kita sefrekuensi, mungkin itu juga yang bikin kita merasa nyambung banget sama teman atau pasangan yang positif.
Kesimpulannya? Kalau kamu orang yang optimis, bisa jadi otakmu sedang ‘menyanyi dalam nada yang sama’ dengan para optimis lainnya di dunia ini. Dan siapa tahu, mungkin itu juga kunci dari hubungan yang hangat dan nyambung banget.
0 Komentar
Jalan Kaki 7.000 Langkah Sehari Bisa Kurangi Risiko Penyakit Serius, Ini Kata Para Ahli
Makan Malam Terlalu Larut? Ternyata Bisa Bikin Gemuk dan Bikin Risiko Diabetes Naik Drastis!
Leave a comment