Rangkul Penganut Childfree, Singapura Siapkan Bonus untuk Orangtua yang Punya Bayi

15 Februari 2023 12:37
Penulis: Ramses Manurung, lifestyle
Patung Merlion ikon Singapura/ist

Sahabat.com - Guna mengatasi persoalan menurunnya jumlah angka kelahiran di negaranya, yang disinyalir salah satu penyebabnya adalah meningkatnya pasangan penganut childfree atau tidak ingin memiliki anak. Pemerintah Singapura mengeluarkan kebijakan khusus untuk memberikan bonus kepada para orang tua yang memiliki bayi.

Dalam kebijakan yang diumumkan oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Lawrence Wong tersebut pasangan menikah yang memiliki bayi, yang lahir pada atau setelah Selasa, 14 Februari 2023 misalnya, akan mendapatkan 3.000 dolar Singapura (Rp34,2 juta) lebih.

Selain bonus bayi itu, Pemerintah Singapura juga akan memberikan insentif lainnya, seperti keringanan hingga cuti untuk ayah.

Bahkan ayah yang bekerja, yang memiliki anak yang lahir pada atau setelah 1 Januari 2024, dapat mengambil cuti ayah yang dibayar pemerintah selama 4 minggu. Hal itu mengalami kenaikan dari sebelumnya, yakni 2 minggu.

Kemudian Working Mother's Child Relief (WMCR), yang bertujuan untuk mendorong perempuan tetap bekerja setelah memiliki anak, akan diubah dari persentase pendapatan yang diperoleh ibu menjadi bantuan dolar tetap. Hal itu berlaku untuk anak-anak Singapura yang lahir atau diadopsi pada atau setelah 1 Januari 2024.

Namun Sosiolog Paulin Straughan dari Singapore Management University mengaku ragu kebijakan khusus ini akan mampu mengerakkan pasangan penganut childfree.

"Akan tetapi, itu mungkin tidak akan menggerakkan terlalu banyak (minat) untuk Dinks (penghasilan ganda, tanpa anak-anak) yang menghargai pasangan lebih dari apapun," kata Paulin Straughan, Rabu, 15 Februari 2023.

Menurut Prof. Straughan dibutuhkan lebih dari sekadar insentif finansial untuk membujuk pasangan agar memiliki anak, atau lebih banyak anak. 

"Ini adalah cerminan dari perubahan harapan pernikahan. Di masa lalu, orang menikah lebih banyak karena alasan ekstrinsik (seperti keamanan finansial)," katanya.

Dia menambahkan bahwa meski banyak orang Singapura masih ingin memiliki anak, itu mungkin bukan prioritas. Ini bahkan tidak memperhitungkan meningkatnya jumlah lajang yang belum menikah di Singapura.

Sementara Profesor sosiologi NUS Tan Ern Ser mengatakan bahwa bahkan jika langkah-langkah baru tidak dapat menghasilkan peningkatan tingkat kesuburan total negara, setidaknya dapat mencegah penurunan lebih lanjut. 

  

 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment