Risiko Kesehatan di Balik Penggunaan Cat Rambut Permanen

Sahabat.com - Banyak orang menggunakan cat rambut permanen untuk tampil lebih segar dan percaya diri. 

Tapi tahukah kamu kalau sebagian besar produk ini mengandung bahan kimia bernama p-phenylenediamine atau PPD? Bahan ini memang efektif menciptakan warna rambut yang tahan lama dan natural. 

Namun, di balik kelebihannya, PPD ternyata punya risiko kesehatan yang nggak bisa diabaikan.

PPD bekerja dengan masuk ke dalam batang rambut lalu bereaksi dengan hidrogen peroksida. Reaksi ini menciptakan warna yang tahan lama, tapi juga menghasilkan radikal bebas yang bisa merusak DNA. 

Bahkan, menurut para peneliti, zat antara yang dihasilkan dari proses ini bisa membentuk senyawa mutagenik yang berpotensi memicu kerusakan genetik.

Salah satu risiko terbesar dari PPD adalah alergi. Gejalanya bisa muncul 24–72 jam setelah penggunaan, seperti kemerahan, gatal parah, melepuh, sampai pembengkakan. Dalam laporan ilmiah, sekitar 1,5% populasi dunia peka terhadap PPD, dan angka ini melonjak pada penderita dermatitis hingga 6%. 

Yang lebih memprihatinkan, sekitar 1 dari 5 penata rambut di Eropa Timur dan Italia dilaporkan mengalami reaksi alergi akibat paparan PPD yang terus-menerus.

“PPD adalah bahan pewarna rambut yang sangat efektif, tapi juga dikenal sebagai alergen kuat,” jelas Dr. Benedette Cuffari, pakar toksikologi dari Cosmetic Ingredient Review. 

Ia menambahkan bahwa penggunaan berulang tanpa uji coba tempel (patch test) bisa meningkatkan risiko sensitisasi kulit, terutama pada mereka yang punya riwayat alergi.

Masalah serius lainnya muncul di negara berkembang, di mana PPD kadang dikonsumsi secara sengaja dalam upaya bunuh diri. Dampaknya sangat fatal—dari pembengkakan tenggorokan yang menyebabkan sesak napas, kerusakan otot, hingga gagal ginjal. 

Sebuah studi menunjukkan angka kematian mencapai 14,5% pada kasus keracunan PPD, sebagian besar karena alasan bunuh diri.

Lalu, apakah PPD bisa menyebabkan kanker? Jawabannya masih belum pasti. Dalam studi jangka panjang selama 36 tahun terhadap lebih dari 117 ribu wanita di Amerika Serikat, tidak ditemukan hubungan langsung antara pemakaian cat rambut permanen dan sebagian besar jenis kanker. 

Tapi, ada peningkatan risiko untuk subtipe kanker tertentu seperti kanker payudara dengan reseptor negatif dan kanker ovarium. Namun, peneliti menekankan bahwa temuan ini hanya bersifat asosiatif, belum terbukti sebagai penyebab langsung.

Saat ini, regulasi di Eropa membatasi konsentrasi PPD maksimal 2% di kulit kepala, sedangkan FDA di Amerika Serikat mewajibkan label peringatan dan anjuran untuk uji coba patch test sebelum digunakan. 

Produk dengan PPD tidak boleh diaplikasikan langsung ke kulit, alis, atau bulu mata. Patch test 48 jam sebelum aplikasi adalah langkah paling penting untuk mencegah reaksi alergi.

Beberapa produsen kini mencoba menawarkan alternatif seperti PTDS (p-toluenediamine sulfate) yang diklaim lebih aman. Sayangnya, sekitar 57% orang yang alergi terhadap PPD juga bereaksi terhadap PTDS. Pewarna alami seperti henna memang lebih aman, tapi sayangnya tidak seefektif PPD dalam hal keawetan warna.

Sampai saat ini, belum ada pewarna rambut permanen yang benar-benar bebas dari risiko alergi. Jadi, buat kamu yang suka gonta-ganti warna rambut, penting banget untuk selalu uji coba patch test dan konsultasi dengan profesional sebelum mengecat rambut. 

Bagi para hair stylist, penggunaan sarung tangan dan pelatihan keamanan kerja menjadi hal wajib untuk menjaga kesehatan jangka panjang.

Jika kamu peduli dengan penampilan, kamu juga perlu peduli dengan bahan yang masuk ke tubuhmu. Rambut indah tak harus dikorbankan dengan risiko kesehatan. Edukasi, perlindungan, dan pilihan yang bijak bisa membuatmu tampil menawan sekaligus aman.