Siapa Sangka, Rasa Penasaran Sehari-hari Bisa Lawan Alzheimer!

02 Juni 2025 11:04
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Ada jenis rasa penasaran tertentu yang bisa makin menyala saat kita sudah memasuki usia matang.

Sahabat.com - Kamu tahu nggak, ada kabar seru dari peneliti internasional—termasuk tim dari UCLA—yang menemukan kalau ternyata tidak semua rasa penasaran akan pudar seiring bertambahnya usia. 

Malah sebaliknya, ada jenis rasa penasaran tertentu yang bisa makin menyala saat kita sudah memasuki usia matang. 

Nah, hebatnya lagi, mereka yang tetap tertarik untuk mencari tahu hal-hal baru sesuai minatnya ternyata punya peluang lebih kecil untuk terkena penyakit Alzheimer.

Gimana sih ceritanya? Tim riset ini awalnya penasaran dengan dua jenis rasa ingin tahu: trait curiosity, yaitu rasa ingin tahu bawaan yang cenderung melekat dalam diri seseorang, dan state curiosity, yakni keinginan sesaat yang muncul ketika kita bertemu topik-topik spesifik. 

“Penelitian psikologi menunjukkan bahwa biasanya apa yang disebut ‘trait curiosity’, atau tingkat rasa ingin tahu seseorang secara umum, cenderung menurun seiring usia,” ujar Alan Castel, psikolog dari UCLA dan penulis senior dalam makalah yang baru dipublikasikan di jurnal PLOS One. 

“Tapi kami merasa hal itu agak aneh, karena banyak peserta lansia dalam eksperimen kami yang justru sangat antusias belajar tentang memori atau sekadar trivia lainnya.”

Untuk membuktikan teorinya, mereka mengajak ratusan orang berusia antara 20 hingga 84 tahun—rata-rata 44 tahun—mengisi kuisioner online yang mengukur trait curiosity. 

Lalu, untuk menguji state curiosity, para peserta diminta menebak jawaban dari pertanyaan trivia sulit yang jarang diketahui banyak orang, misalnya, “Negara mana yang pertama kali memberikan hak pilih kepada perempuan?” 

Saat peserta sedang menebak, mereka ditanya seberapa ingin tahu mereka tentang jawabannya sebelum akhirnya disuguhkan fakta—“New Zealand,” wasitnya. Dari sini, para peneliti mencatat seberapa tinggi skor rasa penasaran sesaat atau state curiosity yang dimiliki setiap orang.

Hasilnya lumayan mengejutkan: meski trait curiosity memang turun saat memasuki pertengahan dewasa, state curiosity malah sempat turun di awal dewasa lalu melonjak tajam setelah usia paruh baya dan terus naik hingga usia tua. 

Menurut Castel, “Hal ini mirip dengan penelitian lain yang menunjukkan adanya penurunan kebahagiaan di masa paruh baya, lalu kembali naik saat kita semakin beranjak senior.” 

Penjelasannya, sampai usia paruh baya kita fokus mengumpulkan pengetahuan, keterampilan, dan peluang demi sukses di sekolah, karier, membayar cicilan, hingga membesarkan anak. Tentu beban dan stresnya juga banyak, sehingga trait curiosity kerap terkikis. Tapi setelah anak mulai besar dan kita perlahan pensiun atau punya lebih banyak waktu luang, kita jadi bebas mengejar minat spesifik—state curiosity pun melonjak.

Asyiknya, fokus pada “belajar pilih-pilih” ini ternyata berhubungan dengan teori selektivitas: “Saat kita menua, kita nggak mau berhenti belajar, tetapi kita lebih selektif terhadap apa yang ingin kita pelajari,” tambah Castel. 

Makanya banyak lansia kembali ikut kursus, menekuni hobi baru, hingga asyik mengamati burung di pagi hari. 

Menurutnya, “Level curiosity yang terjaga seperti ini bisa membantu kita tetap segar saat beranjak tua.”

Lebih jauh, Castel juga menyebutkan kalau risetnya tentang memori membuktikan kebanyakan orang mudah sekali melupakan informasi yang tidak memicu rasa penasaran. “Mungkin saat kita semakin tua, kita memilih untuk fokus pada hal-hal yang penting, dan melupakan yang kurang relevan. Anecdotally, banyak lansia yang saya ajak bicara bilang kalau penting untuk tetap penasaran. Itu sesuai penelitian yang menunjukkan bahwa mereka yang mulai memasuki tahap awal demensia biasanya kehilangan minat atas hal-hal yang dulu mereka nikmati,” jelasnya.

Jadi, intinya, kalau kamu mulai merasa bosan sama rutinitas harian, cobalah gali hobi baru: belajar main alat musik, ikutan komunitas menulis, atau sekadar menonton video dokumenter tentang hal-hal yang bikin mata melotot. 

Nggak perlu paksaan, yang penting kamu merasa semangat saat mencarinya. Dengan begitu, state curiosity-mu akan terus terasah, dan siapa tahu, selain jadi hiburan, hal sederhana itu juga membentengi otakmu dari risiko Alzheimer.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment