Viral! Makan Seperti Hewan Tapi untuk Manusia, Sehat Nggak Sih?"

Sahabat.com - Pernah kepikiran makan seperti hewan peliharaan—dalam satu mangkuk besar yang berisi potongan sayur, ayam, tahu, kacang-kacangan, dan biji-bijian tanpa bumbu? 

Tren yang disebut “human kibble” alias "kibble manusia" ini lagi ramai banget di TikTok. Salah satu kreator bernama @myfoodisme2 mengaku sudah lima tahun makan seperti ini, dan dia terlihat enjoy-enjoy aja, bahkan banyak yang mulai ikut-ikutan.

Di videonya, dia menunjukkan proses motong, masak, dan nyampurin semua bahan tadi jadi satu. Bentuk akhirnya mirip makanan kucing atau anjing, tapi versi manusia. 

Buat dia, ini solusi biar tetap sehat tanpa ribet masak tiap hari. Tapi, tren ini langsung dapet reaksi beragam dari para ahli gizi dan netizen.

Beberapa ahli bilang, ide ini memang punya keunggulan. 

"Kalau orang jadi termotivasi makan lebih banyak sayur dan kacang-kacangan dari tren ini, itu langkah bagus untuk nutup celah nutrisi mereka," kata Emma Laing, PhD, RDN, Direktur Dietetik di University of Georgia. 

Menurutnya, pola makan kayak gini bisa bantu kita makan lebih sehat, terutama buat yang biasanya males makan sayur. Apalagi kalau tekstur sayur bikin ilfeel, mencincangnya kecil dan mencampurnya dengan bahan lain bisa jadi trik jitu buat mengakalinya.

Buat kamu yang gampang stres mikirin ‘makan apa hari ini’, metode kibble ini mungkin bisa jadi penyelamat. 

“Ini bisa bantu orang konsisten memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, apalagi yang punya target makro atau kalori tertentu,” jelas Wan Na Chun, MPH, RD, CPT dari One Pot Wellness. 

Bahkan, buat yang punya gangguan kecemasan soal makanan, pola makan seperti ini bisa terasa nyaman dan terprediksi.

Tapi tunggu dulu, jangan buru-buru beli mangkuk besar. Metode ini juga punya sisi kurang menyenangkan. Makan hal yang sama setiap hari bisa bikin bosen, bahkan berisiko bikin kita kekurangan nutrisi kalau nggak divariasikan. 

Chun bilang, “Makan makanan yang sama dalam jangka panjang bisa bikin jenuh dan kalau nggak seimbang, malah bisa ada kekurangan zat gizi.”

Laing juga ngasih saran biar gak monoton, yaitu dengan mengganti-ganti isi mangkuk setiap minggu. Campurin biji-bijian utuh, kacang-kacangan, ikan, rempah, dan minyak sehat kayak olive oil biar rasa dan nutrisinya makin kaya. Satu hal lagi: jangan lupa soal garam. 

Walau kibble ini nggak dibumbui, tubuh kita tetap butuh natrium, apalagi kalau kamu aktif dan banyak berkeringat. Jadi, nambahin garam atau bumbu lain itu penting banget supaya tetap seimbang.

Masalah penyimpanan juga gak kalah penting. Video @myfoodisme2 memang nunjukin mangkuk gede yang cukup buat seminggu, tapi USDA menyarankan makanan sisa hanya aman disimpan di kulkas selama maksimal empat hari. Lebih dari itu, risikonya bisa kena penyakit akibat makanan.

Selain faktor fisik, ada juga yang khawatir soal dampak mental. 

“Bahasa yang kita pakai soal makanan itu penting,” kata Chun. 

Menyebut makanan sebagai ‘kibble’ bisa bikin kita jadi mikir kalau makan itu cuma kewajiban, bukan kesenangan. Padahal, makanan itu bukan cuma bahan bakar, tapi juga bagian dari budaya, hubungan sosial, dan kesenangan hidup.
Jadi, apakah kibble manusia ini patut dicoba? Jawabannya: boleh-boleh aja, asal tetap memperhatikan keamanan dan kebutuhan tubuhmu. Laing mengingatkan bahwa kibble mungkin nggak cukup untuk orang dengan kebutuhan energi tinggi seperti atlet. Dan perubahan pola makan mendadak bisa bikin perut kamu ‘kaget’.

“Walaupun ada orang yang senang makan hal sama setiap hari, kebanyakan orang justru butuh variasi biar tetap merasa puas dan tercukupi,” tambahnya.

Kalau kamu tipe yang suka praktis dan nggak terlalu mementingkan rasa, tren ini bisa banget dicoba. Tapi kalau kamu lebih menikmati pengalaman makan sebagai sesuatu yang fun, penuh cita rasa, dan bagian dari kebudayaan, mungkin kibble ini bukan buat kamu.