Anak Suka Dibentak-bentak, Struktur Otaknya Bisa Rusak Permanen Lho!

07 Juni 2024 11:06
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Secara umum, anak-anak yang sering dimarahi atau dianiaya secara verbal mengubah aspek neurokognitif dan neuropsikologis otaknya. (iStock)

Sahabat.com - Terkadang orang tua berteriak untuk mendisiplinkan anaknya. Padahal, hal ini dapat mempengaruhi proses tumbuh kembangnya.

Setiap anak dilahirkan istimewa dengan kepribadian dan ciri khasnya masing-masing. Anak-anak yang sering dimarahi sering kali mengembangkan perilaku agresif dan depresi.

Mengutip artikel di Psychology Spot, beberapa psikolog di University of Pittsburgh melakukan penelitian selama dua tahun terhadap 976 keluarga dan anak-anak mereka untuk mengetahui risiko bullying terhadap perkembangan anak.

Mereka mengatakan bahwa berteriak setiap hari sebagai bagian dari gaya pengasuhan keluarga dapat menyebabkan masalah perilaku ketika anak berusia 13 tahun dan timbulnya gejala depresi ketika anak berusia 14 tahun.

Psikolog juga menemukan bahwa alih-alih meringankan masalah, anak malah dimarahi hingga menangis dan sering kali bersikap menantang terhadap aturan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok psikiater di Harvard Medical School memperingatkan bahwa pelecehan verbal, seperti berteriak dan menghina, dapat mengubah struktur otak anak secara signifikan dan permanen.

Peneliti menganalisis otak 51 anak yang mengalami masalah kesehatan mental dan membandingkannya dengan otak 97 anak sehat.

Mereka menemukan bahwa pengabaian, hukuman fisik, dan pelecehan verbal menyebabkan penurunan signifikan pada corpus callosum, sekelompok akson (sejenis kabel) yang terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan dua belahan otak.

Induksi berbagai masalah psikologis yang terkait dengan perilaku terbuka dan terselubung telah dipelajari oleh banyak peneliti.

Secara umum, anak-anak yang sering dimarahi atau dianiaya secara verbal mengubah aspek neurokognitif dan neuropsikologis otaknya.

Perubahan struktural pada hipokampus, amigdala, dan materi abu-abu yang mengubah perilaku anak dan keadaan neurokimia tubuhnya.

Sebenarnya yang membuat kita sebagai orang tua menjerit bukanlah kelakuan anak kita, melainkan ketidakmampuan kita dalam menghadapi keadaan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment