Sahabat.com - Sahabat, pernahkah terpikir bahwa udara kotor yang kita hirup setiap hari tak hanya merusak paru-paru, tapi juga otak kita?
Penelitian terbaru dari University of Cambridge mengungkap fakta mengejutkan: paparan jangka panjang terhadap polusi udara seperti asap kendaraan dan emisi industri bisa meningkatkan risiko seseorang terkena demensia, termasuk Alzheimer.
Dalam studi berskala besar yang menganalisis data dari hampir 30 juta orang, para ilmuwan menemukan hubungan yang jelas antara polusi udara dan penurunan fungsi kognitif. Zat-zat berbahaya seperti PM2.5 (partikel halus), nitrogen dioksida (NO2), dan jelaga terbukti dapat menembus tubuh hingga ke otak, memicu peradangan dan stres oksidatif—dua hal yang dikenal mempercepat proses kerusakan sel otak.
Dr. Haneen Khreis dari MRC Epidemiology Unit di University of Cambridge menegaskan, “Bukti epidemiologis sangat penting untuk menunjukkan seberapa besar risiko demensia akibat polusi udara. Penelitian ini memperkuat bahwa paparan jangka panjang terhadap udara tercemar bisa menjadi pemicu demensia pada orang dewasa yang sebelumnya sehat.”
Rinciannya, setiap peningkatan 10 mikrogram per meter kubik (μg/m³) PM2.5 meningkatkan risiko demensia sebesar 17%. Bahkan, konsentrasi NO2 dan jelaga dalam jumlah kecil pun bisa ikut meningkatkan risiko. Artinya, tinggal di kota besar dengan lalu lintas padat dan kualitas udara buruk dapat diam-diam mempercepat kerusakan otak.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa risiko demensia lebih besar pada jenis demensia vaskular, yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. Namun, karena keterbatasan jumlah studi yang mendukung kesimpulan tersebut, para ilmuwan masih perlu penelitian lebih lanjut.
Sementara itu, Dr. Christiaan Bredell dari University of Cambridge mengatakan, “Pencegahan demensia bukan hanya tugas dunia kesehatan, tapi juga menyangkut kebijakan transportasi, perencanaan kota, dan regulasi lingkungan.”
Para ahli menyerukan pentingnya kebijakan yang lebih ketat untuk mengendalikan emisi dari sektor transportasi dan industri, serta perlunya keterlibatan global dalam mengatasi krisis polusi udara. Tidak hanya demi lingkungan, tetapi juga demi menjaga kesehatan otak kita semua.
Fakta lain yang tak kalah penting, sebagian besar data dalam studi ini berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi dan penduduk kulit putih. Padahal, kelompok masyarakat marjinal di negara berkembang sering kali terpapar polusi lebih tinggi dan bisa jadi lebih rentan. Karena itu, studi ke depan diharapkan bisa melibatkan populasi yang lebih beragam secara etnis dan geografis.
Kesimpulannya, udara yang terlihat bersih belum tentu bebas bahaya. Polusi yang tak kasat mata bisa menyusup ke tubuh dan menyebabkan kerusakan otak secara perlahan. Jadi, mulai sekarang, yuk lebih peduli dengan kualitas udara di sekitar kita. Gunakan transportasi ramah lingkungan, tanam lebih banyak pohon, dan dukung kebijakan yang berpihak pada bumi dan kesehatan otak kita.
0 Komentar
Naik Skuter Listrik Ternyata 3 Kali Lebih Berisiko Masuk Rumah Sakit Dibanding Sepeda
Kebiasaan Tidur Ini Diam-Diam Bisa Mengacaukan Kesehatanmu
Minum Kopi atau Teh Setiap Hari Bisa Bikin Otak Tetap Tajam di Usia Tua, Ini Penjelasannya
Leave a comment