Sahabat.com - Sianida, sebuah bahan kimia yang sangat mematikan yang telah digunakan dalam peperangan dan pembunuhan sejak berabad-abad lalu, kini ditemukan memiliki peran penting dalam tubuh manusia.
Temuan ini mengubah pandangan dunia yang telah ada selama ini tentang sianida. Dalam sebuah penelitian global yang dipublikasikan di Nature Metabolism, sebuah tim peneliti yang terdiri dari tujuh negara dan dua belas universitas, termasuk Universitas Negara Bagian South Dakota, berhasil membuktikan bahwa meskipun sianida tetap berbahaya, ia juga memiliki fungsi penting dalam proses metabolisme sel tubuh manusia.
Prof. Brian Logue, kepala Departemen Kimia, Biokimia, dan Fisika di SDSU, yang merupakan salah satu ahli terkemuka mengenai sianida di negara ini, menjelaskan bahwa penelitian ini menunjukkan adanya produksi sianida dalam sel mamalia, yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Logue bersama Moustafa Khalaf, seorang ilmuwan peneliti di SDSU, berperan penting dalam proses penelitian ini dengan mengkonfirmasi dan mengukur produksi sianida dalam sel manusia.
"Penemuan produksi sianida endogen pada mamalia merupakan kemajuan penting dalam biologi sel dan metabolisme," ujar Logue.
"Penelitian ini menyoroti dua sisi sianida, yang berfungsi sebagai racun pada konsentrasi tinggi dan sebagai molekul pensinyalan yang penting pada konsentrasi rendah."
Sianida yang Dihasilkan Secara Alamiah dalam Tubuh
Sebelumnya, ilmuwan hanya mengetahui bahwa sianida diproduksi secara alami oleh beberapa jenis bakteri dan tanaman. Namun, produksi sianida dalam jumlah kecil di sel mamalia baru terbukti dalam penelitian ini.
Dalam eksperimen pada tikus dan sel manusia, tim peneliti dari Swiss menemukan bahwa hidrogen sianida secara konsisten ada dalam sel dan organisme. Penemuan ini diperkuat dengan deteksi sianida pada hati tikus dan manusia serta dalam aliran darah, yang menunjukkan bahwa sianida diproduksi secara alami dan memiliki peran dalam proses fisiologis dasar.
Menurut Khalaf, produksi sianida dalam tubuh terkait dengan glisin, sebuah asam amino, yang merangsang produksi sianida dalam sel hati. Dengan menambahkan glisin pada kultur sel, produksi hidrogen sianida meningkat.
Namun, meskipun sianida memiliki peran penting, ia tetap beracun pada dosis tertentu. Lalu, bagaimana tubuh manusia mengatur kadar sianida dalam tubuh agar tidak beracun?
Peran Enzim Rhodanase dalam Pengaturan Sianida
Enzim rhodanase memiliki peran penting dalam mencegah keracunan sianida. Enzim ini mengubah hidrogen sianida menjadi tiosianat, garam yang tidak beracun, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Khalaf menjelaskan, "Sejalan dengan prinsip Paracelsus, penelitian ini menunjukkan bahwa dosis menentukan apakah sianida bertindak sebagai racun atau memiliki efek yang bermanfaat."
Logue dan Khalaf berhasil mengkonfirmasi dan mengukur produksi sianida dalam sel dengan menggunakan teknologi mereka yang dipatenkan, yaitu Cyanalyzer.
Manfaat Terapeutik dan Aplikasi Potensial
Penemuan ini memiliki potensi manfaat terapeutik yang luas, terutama di bidang medis. Eksperimen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi rendah hidrogen sianida dapat meningkatkan kelangsungan hidup sel selama kekurangan oksigen. Hal ini menunjukkan bahwa sianida memiliki peran dalam mekanisme perlindungan tubuh terhadap kondisi seperti stroke.
"Penemuan efek pelindung sianida selama hipoksia memberikan potensi strategi terapeutik untuk stroke dengan meningkatkan ketahanan sel otak terhadap kekurangan oksigen," ujar Khalaf.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa beberapa penyakit, seperti hiperglisinemia nonketotik, menyebabkan tubuh memproduksi jumlah hidrogen sianida yang berlebihan.
Penyakit langka ini menyebabkan glisin menumpuk di jaringan dan organ tubuh, yang paling berbahaya bagi bayi karena kelebihan glisin dapat menumpuk di otak, mengarah pada gangguan neurologis.
Sebelumnya, penyakit ini hampir tidak memiliki pengobatan, tetapi penelitian ini dengan wawasan baru tentang glisin dan rhodanase dapat membuka jalan untuk terapi baru.
Penulis utama studi ini, Csaba Szabo, percaya bahwa temuan ini akan "mengubah secara fundamental cara kita memandang biologi sel dan metabolisme."
Penelitian selanjutnya akan fokus untuk lebih memahami peran pasti sianida endogen dalam kesehatan dan penyakit, serta menggali potensi terapeutiknya sambil mengelola toksisitasnya dengan hati-hati.
0 Komentar
Apa yang Terjadi pada Tubuh Setelah 30 Hari Puasa Ramadan
Mengapa Pria Bisa Menambah Berat Badan Setelah Menikah? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
Rezky Aditya Terkena DBD Saat Umrah, Waspadai Gejalanya
Pria dengan Kualitas Sperma Tinggi Mungkin Memiliki Harapan Hidup Lebih Lama, Menurut Sebuah Studi
Cara Membuat Kopi Dapat Mempengaruhi Tingkat Kolesterol Anda
Leave a comment