Kata-kata Kasar Saat Kecil Bisa Seburuk Kekerasan Fisik, Dampaknya Terasa Sampai Dewasa

06 Agustus 2025 17:52
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Tapi sebuah studi besar yang dilakukan di Inggris dan Wales membuktikan bahwa pelecehan verbal saat kecil bisa berdampak serius pada kesehatan mental saat dewasa—bahkan setara dengan kekerasan fisik.

Sahabat.com - Mungkin banyak orang tua mengira bahwa memarahi anak dengan kata-kata kasar hanyalah bentuk disiplin biasa. 

Tapi sebuah studi besar yang dilakukan di Inggris dan Wales membuktikan bahwa pelecehan verbal saat kecil bisa berdampak serius pada kesehatan mental saat dewasa—bahkan setara dengan kekerasan fisik.

Penelitian ini melibatkan lebih dari 20 ribu orang dewasa dari berbagai generasi, sejak mereka lahir pada tahun 1950-an hingga setelah tahun 2000. Hasilnya cukup mencengangkan: anak-anak yang mengalami kekerasan verbal memiliki kemungkinan 64% lebih besar mengalami gangguan kesehatan mental saat dewasa. Angka ini hampir sama dengan mereka yang mengalami kekerasan fisik, yakni 52%.

Yang lebih mengejutkan, mereka yang mengalami keduanya—verbal dan fisik—memiliki risiko dua kali lipat mengalami kesehatan mental yang buruk dibanding mereka yang tidak mengalami kekerasan sama sekali. Artinya, dampak kata-kata bisa menyakitkan sama seperti pukulan.

"Verbal abuse mungkin tidak langsung terlihat seperti kekerasan, tapi efek jangka panjangnya bisa sama menyakitkan dan sulit sembuhnya," ujar tim peneliti dari British Medical Journal dalam laporan mereka.

Studi ini menyoroti bahwa tren kekerasan fisik pada anak-anak mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir, dari 20% menjadi 10%. Namun, kekerasan verbal justru meningkat—dari 12% pada generasi sebelum 1950 menjadi sekitar 20% pada generasi setelah tahun 2000. 

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan miskin juga lebih rentan mengalami kekerasan, baik fisik maupun verbal.
Dampak dari kekerasan verbal bisa terlihat dari gejala sehari-hari yang dialami saat dewasa, seperti sulit merasa optimis, merasa tidak berguna, sulit berpikir jernih, susah dekat dengan orang lain, atau merasa tidak bisa mengontrol hidupnya. 

Bahkan, pria cenderung merasa lebih pesimis dan kurang dekat dengan orang, sementara wanita lebih banyak mengalami stres dan ketegangan.

Sayangnya, bentuk kekerasan ini sering luput dari perhatian publik karena tidak menimbulkan luka fisik. Padahal, dalam jangka panjang, stres toksik dari kata-kata kasar dapat memengaruhi perkembangan otak anak.


"Tanpa pemahaman publik tentang bahaya kekerasan verbal pada anak, upaya untuk menghentikan kekerasan fisik bisa jadi hanya menggantikan satu bentuk kekerasan dengan bentuk lainnya yang sama berbahayanya," tegas para peneliti.

Di banyak negara, kekerasan fisik terhadap anak sudah dilarang secara hukum. Tapi belum banyak regulasi atau edukasi yang membahas tentang kekerasan verbal. 

Padahal, tanpa pendampingan dan edukasi yang tepat, orang tua atau guru bisa tanpa sadar melakukan kekerasan lewat ucapan yang menyakitkan.
Peneliti menyarankan agar setiap orang yang berperan dalam kehidupan anak—baik itu orang tua, guru, maupun pengasuh—dibekali dengan panduan yang jelas soal cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan, baik fisik maupun verbal.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment