Sahabat.com - Sebuah penelitian terbaru menantang anggapan bahwa semakin banyak olahraga selalu lebih baik. Studi yang dilakukan pada para pesepeda profesional menunjukkan bahwa latihan ekstrem justru bisa membuat jantung bekerja terlalu keras dan “menghabiskan” detak jantung harian lebih cepat.
Temuan ini memunculkan pertanyaan baru: di mana batas antara kebugaran dan kelelahan?
Penelitian yang diterbitkan di JACC: Advances ini memperkenalkan konsep baru bernama heartbeat consumption atau konsumsi detak jantung. Konsep ini menggambarkan bagaimana latihan fisik intensif dapat memengaruhi kesehatan jantung dalam jangka panjang.
Menurut para peneliti, walau olahraga rutin terbukti menyehatkan, beban latihan yang terlalu berat bisa menimbulkan efek sebaliknya.
Dalam aktivitas olahraga, jantung akan bekerja lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi otot.
Peningkatan detak jantung ini sebenarnya baik untuk melatih kinerja jantung, namun ketika dilakukan terlalu sering dan intens, sistem kardiovaskular bisa mengalami kelelahan.
Beberapa bukti ilmiah bahkan menunjukkan bahwa jumlah detak jantung yang dihasilkan seumur hidup manusia relatif tetap, dan semakin tinggi detak jantung rata-rata, semakin pendek harapan hidupnya.
Dalam studi ini, peneliti menggunakan pemantauan Holter 24 jam untuk mengamati detak jantung 109 atlet dan 38 orang non-atlet di Australia.
Hasilnya menunjukkan bahwa detak jantung rata-rata atlet lebih rendah, yaitu sekitar 68 kali per menit, dibandingkan kelompok kontrol dengan 76 kali per menit. Artinya, para atlet mengalami sekitar 10,6% lebih sedikit detakan jantung per hari, yang bisa memberi manfaat jangka panjang bagi kesehatan jantung.
Namun, saat peneliti mengamati 57 pesepeda profesional (22 pria dan 35 wanita), hasilnya menarik. Dalam satu etape balapan, rata-rata mereka menghabiskan lebih dari 35.000 detak jantung, tanpa perbedaan berarti antara pria dan wanita. Meski durasi balapan wanita lebih singkat, detak jantung mereka lebih tinggi—sekitar 148 bpm dibanding 127 bpm pada pria.
Ini menunjukkan bahwa intensitas tinggi bisa menyeimbangkan jumlah detak jantung yang dikeluarkan kedua kelompok.
Ketika data balapan dikombinasikan dengan hasil pemantauan 24 jam, terlihat bahwa latihan ekstrem justru meningkatkan total konsumsi detak jantung harian. Artinya, olahraga berat dalam waktu lama bisa memperbesar beban kerja jantung dibandingkan olahraga dengan intensitas sedang.
Para peneliti memperkenalkan heartbeat consumption sebagai cara baru untuk memahami dampak olahraga terhadap jantung. Menurut mereka, konsep ini bisa menjadi panduan bagi dokter atau pelatih kebugaran untuk menentukan dosis latihan optimal dan mengenali tanda-tanda kelelahan jantung akibat latihan berlebihan.
“Dengan teknologi smartwatch yang semakin canggih, memantau detak jantung kini sangat mudah. Tapi penting untuk tahu kapan tubuh perlu istirahat,” ujar salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini.
Meski begitu, penelitian ini masih bersifat awal dan belum bisa disimpulkan secara pasti. Para ahli menekankan perlunya penelitian lanjutan dengan sampel lebih besar, memperhitungkan usia, tingkat kebugaran, serta perbedaan respon jantung antara pria dan wanita.
Namun, satu hal jelas: terlalu banyak latihan intens bukan selalu hal baik. Keseimbangan adalah kunci untuk menjaga jantung tetap sehat dan kuat.
0 Komentar
3 Hal yang Sebaiknya Tidak Kamu Lakukan Setelah Vaksin Flu, Nomor 2 Sering Disepelekan!
Makan Satu Apel Setiap Hari Bisa Turunkan Tekanan Darah dan Jaga Jantung Tetap Sehat!
Minyak Paling Sehat untuk Jantung Menurut Ahli Gizi
Serat Sayuran Bisa Balikkan Penyakit Hati Akibat Gula!
Obat yang Pernah Kamu Minum Bisa Ubah Bakteri Usus Selamanya, Ini Penjelasan Ahlinya!
Leave a comment