Efek Mengejutkan Long COVID: Jantung dan Paru-Paru Bisa Rusak Diam-Diam Meski Sudah Sembuh!

07 Mei 2025 12:06
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Hingga saat ini, tim dari Mount Sinai masih memantau pasien-pasien ini untuk memahami lebih jauh efek jangka panjang COVID-19, termasuk apakah pola peradangan ini bisa memprediksi siapa yang lebih rentan mengalami penyakit kronis pada jantung dan paru-paru.

Sahabat.com - Sahabat, kamu mungkin merasa sudah sembuh dari COVID-19, tapi ternyata tubuh bisa menyimpan rahasia yang tak terduga. 

Sebuah studi dari Mount Sinai Health System, yang dipublikasikan di Journal of Nuclear Medicine, menemukan bahwa pasien long COVID bisa mengalami peradangan tersembunyi di jantung dan paru-paru hingga setahun setelah terinfeksi, bahkan saat hasil tes medis standar menunjukkan kondisi normal. 

Peneliti menggunakan teknologi canggih PET/MRI untuk melihat bagian tubuh yang tak bisa dideteksi lewat tes biasa. Dan hasilnya mengejutkan: jaringan jantung dan paru-paru mengalami kerusakan yang bisa memicu masalah serius seperti gagal jantung, penyakit katup jantung, dan hipertensi paru.

Dr. Maria G. Trivieri, salah satu peneliti utama dalam studi ini, bilang, "Kami yakin long COVID memicu respons peradangan yang bisa membuat pasien lebih rentan terhadap penyakit arteri koroner, hipertensi paru, dan kerusakan katup seperti stenosis atau regurgitasi." 

Bahkan, sejak 2020, para ahli sudah mengamati bahwa infeksi COVID-19, walaupun ringan atau tanpa gejala, tetap bisa menimbulkan dampak buruk pada sistem kardiovaskular. 

“Infeksi apapun bisa merusak. Pencegahan sangat penting,” kata Dr. David Putrino, Direktur Cohen Center di Mount Sinai.

Penelitian ini melibatkan 100 pasien dewasa yang mengalami gejala kardiopulmoner setelah terinfeksi COVID-19 antara Desember 2020 hingga Juli 2021. Hampir semua dari mereka tidak punya riwayat penyakit jantung. Sekitar 300 hari setelah infeksi, 91 pasien menjalani PET/MRI, dan hasilnya, 57% menunjukkan adanya peradangan di otot jantung, selaput jantung, katup jantung (khususnya katup mitral), serta pembuluh darah besar seperti aorta dan arteri paru. Dalam banyak kasus, lebih dari satu bagian tubuh mengalami gangguan sekaligus.

Gambaran yang muncul dari PET/MRI sangat jelas. Ada bekas luka dan penebalan di otot jantung mirip dengan kondisi miokarditis atau kardiomiopati. Ada juga penumpukan cairan di sekitar jantung serta peradangan di sekitar katup mitral. Beberapa pasien menunjukkan pembengkakan pembuluh darah besar. Dan semua kelainan ini berkaitan dengan gejala seperti nyeri dada, kelelahan, dan sesak napas yang terus-menerus.

Tak hanya itu, analisis protein plasma menunjukkan adanya pola biomarker yang tak normal—penanda molekuler yang memperkuat bukti adanya peradangan jangka panjang. Untuk membandingkan, peneliti juga memeriksa sekelompok orang yang pernah kena COVID tapi tidak mengalami gejala sisa. Hasilnya? Tidak ada tanda-tanda peradangan seperti pada kelompok long COVID.

Dr. Trivieri menjelaskan, “Kami menemukan berbagai pola peradangan yang didukung dengan profil protein yang abnormal. Jika kamu mengalami gejala sisa seperti sesak napas, sebaiknya segera periksa ke dokter. Temuan ini bisa membantu dokter mengenali dampak jangka panjang COVID-19 dan mengevaluasi gejala dengan lebih teliti.”

Sementara itu, Dr. Zahi Fayad, peneliti senior dalam studi ini, menyebut temuan mereka sebagai “bukti kuat bahwa imaging canggih seperti PET/MRI bisa mendeteksi proses penyakit tersembunyi pada pasien long COVID.” 

Menurutnya, pendekatan ini harus diintegrasikan ke dalam protokol evaluasi pasca-COVID agar dokter bisa lebih cepat mengenali masalah dan mencegah komplikasi di kemudian hari.

Hingga saat ini, tim dari Mount Sinai masih memantau pasien-pasien ini untuk memahami lebih jauh efek jangka panjang COVID-19, termasuk apakah pola peradangan ini bisa memprediksi siapa yang lebih rentan mengalami penyakit kronis pada jantung dan paru-paru.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment