Sahabat.com - Kalau kamu masih remaja atau punya anak remaja, ini waktunya serius mikirin soal aktivitas fisik.
Sebuah studi panjang dari Norwegia menunjukkan bahwa makin aktif seorang remaja bergerak sejak usia 14 tahun, makin kecil risiko mereka mengalami depresi di masa depan.
Yap, ternyata olahraga bukan cuma bikin badan sehat, tapi juga punya efek besar ke kesehatan mental.
Penelitian ini melibatkan ratusan anak yang dilacak sejak usia 6 tahun sampai 18 tahun. Mereka nggak cuma ditanya-tanya, tapi juga dipasangi alat khusus kayak akselerometer buat ngukur aktivitas fisik mereka setiap dua tahun. Selain itu, mereka juga diwawancarai langsung soal kondisi kesehatan mentalnya. Jadi, hasilnya bukan asal-asalan.
Profesor Silje Steinsbekk dari Departemen Psikologi di Norwegian University of Science and Technology bilang, “Kami juga meneliti apakah kepercayaan diri soal kemampuan fisik, citra tubuh, dan keterlibatan dalam olahraga punya pengaruh terhadap hubungan antara aktivitas fisik dan depresi.”
Tapi hasilnya cukup mengejutkan: ternyata, faktor-faktor itu nggak berpengaruh besar. Yang penting cuma satu—bergerak lebih aktif!
Studi ini nemuin bahwa remaja usia 14–18 tahun yang malas gerak punya risiko lebih besar buat mengalami gejala depresi dua tahun kemudian. Ini berlaku buat cowok maupun cewek, lho. Tapi menariknya, waktu anak-anak lebih muda—kayak usia 10 sampai 14 tahun—yang terjadi malah sebaliknya: mereka yang merasa depresi cenderung jadi makin malas gerak.
“Walaupun kami menemukan bahwa aktivitas fisik bisa melindungi remaja dari gejala depresi, hal ini tidak berlaku untuk anak-anak yang lebih muda, usia 10–14 tahun,” ujar Steinsbekk.
“Tapi kami melihat arah hubungan yang berlawanan di usia 10–12 dan 14–16, di mana mereka yang lebih depresi malah jadi kurang aktif secara fisik.”
Ada satu hal menarik lagi: ternyata, waktu duduk atau aktivitas sedentari nggak ada hubungannya sama gejala depresi. Jadi, hanya karena kamu duduk lama bukan berarti kamu otomatis rentan depresi. Yang penting adalah seberapa aktif kamu bergerak, bukan cuma seberapa lama kamu diam.
Profesor Steinsbekk juga menekankan bahwa jenis aktivitas yang dilakukan juga berpengaruh.
“Baik jumlah aktivitas fisik harian maupun porsi aktivitas yang lebih intens punya pengaruh penting terhadap gejala depresi,” katanya.
Jadi, makin banyak dan makin intens geraknya, makin bagus buat kesehatan mental.
Tapi ingat ya, ini studi dilakukan di Norwegia, di mana anak-anaknya memang cenderung lebih aktif dan tingkat masalah kesehatan mentalnya lebih rendah dibanding negara lain. Jadi, hasilnya mungkin nggak bisa 100% berlaku di semua tempat. Meski begitu, pesannya tetap sama: olahraga itu penting, bukan cuma buat tubuh, tapi juga buat jiwa.
Buat kamu yang lagi ngerasa down, mungkin ini saatnya mulai bergerak. Jalan kaki, bersepeda, ikut kelas dance, atau sekadar naik-turun tangga—semuanya bisa jadi awal yang baik. Nggak perlu langsung maraton atau jadi atlet, yang penting mulai dulu. Karena, ternyata kebiasaan kecil ini bisa bantu kamu merasa jauh lebih baik di masa depan.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment