Sahabat.com - Di era digital seperti sekarang, banyak orang mengandalkan AI untuk berbagai hal, mulai dari mencari rekomendasi restoran hingga menulis email. Namun, kisah seorang pria ini menjadi pengingat bahwa tak semua saran AI bisa diikuti, apalagi soal kesehatan.
Semua berawal ketika ia memutuskan untuk mengurangi asupan garam demi hidup lebih sehat. Untuk mencari pengganti natrium klorida, ia bertanya pada chatbot AI yang kemudian menyarankan natrium bromida.
Tanpa ragu, ia membelinya secara online dan mulai menggunakannya dalam makanan sehari-hari. Padahal, zat tersebut biasanya digunakan untuk membersihkan kolam air panas, bukan untuk bumbu masakan.
Tiga bulan kemudian, pria ini dilarikan ke rumah sakit dengan gejala psikosis. Ia mengalami delusi paranoid, bahkan yakin tetangganya mencoba meracuninya. Dokter yang merawat mencatat bahwa dalam 24 jam pertama, ia semakin gelisah, mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan, hingga berusaha kabur dari perawatan. Kondisinya memaksa tim medis melakukan penahanan psikiatri darurat.
Setelah diberi obat antipsikosis, ia akhirnya menceritakan bahwa semua pola makan barunya terinspirasi dari saran AI. Hasil tes menunjukkan kadar bromida dalam darahnya mencapai 1.700 mg/L, jauh di atas batas normal di bawah 10 mg/L. Kondisi langka ini disebut bromisme, yang dulu cukup sering terjadi pada awal abad ke-20, namun hampir menghilang sejak 1970-an setelah obat berbahan bromida dihentikan peredarannya.
Beruntung, setelah tiga minggu perawatan intensif, ia pulih tanpa masalah serius. Meski demikian, kasus ini menjadi peringatan keras bahwa teknologi AI belum mampu menggantikan keahlian manusia dalam urusan medis.
Para penulis laporan medis tersebut menegaskan, “Penting untuk diingat bahwa ChatGPT dan sistem AI lainnya dapat menghasilkan ketidakakuratan ilmiah, tidak mampu mengkritisi hasil, dan pada akhirnya menyebarkan misinformasi.”
Mereka menambahkan, “Hampir mustahil seorang tenaga medis profesional akan menyarankan natrium bromida sebagai pengganti natrium klorida untuk konsumsi harian.”
Kasus ini bukan hanya soal kembalinya penyakit langka, tapi juga pengingat bahwa konsultasi kesehatan terbaik tetap berasal dari dokter, bukan chatbot.
0 Komentar
Rahasia Rompi Berbobot: Tren Olahraga yang Diklaim Bikin Langsing dan Tulang Kuat, Benarkah?
Trik Sederhana Bikin Makan Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan
Ternyata Selama Ini Kita Salah Kaprah Soal Bra dan Payudara!
James Van Der Beek Bongkar Fakta Mengejutkan Soal Kanker Usus yang Diam-Diam Mengincar Orang Muda
Leave a comment