Fenomena Brain Drain: WNI Pilih Tinggal di Luar Negeri, Sebuah Tanda Kekecewaan pada Pemerintah

18 Februari 2025 14:40
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sekarang, fenomena tersebut kembali mencuat, dengan tagar #kaburajadulu yang viral di media sosial.

Sahabat.com - Fenomena brain drain kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial Indonesia. Istilah yang mengacu pada migrasi ilmuwan, cendekiawan, dan tenaga profesional lainnya dari negara asal ke negara lain ini kini melibatkan banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang lebih memilih tinggal di luar negeri. 

Menurut Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), brain drain bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti politik, ekonomi, sosial budaya, serta kesempatan yang terbatas di negara asal untuk berkarya.

Sejak tahun 1965, Indonesia telah mengalami fenomena ini, terutama pada masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, ketika banyak mahasiswa yang menempuh pendidikan di Rusia dan negara-negara Eropa Timur memilih untuk tidak kembali ke Indonesia. 

Di tahun 1980-an, saat Presiden BJ Habibie mengirim sejumlah pemuda berbakat ke luar negeri, banyak di antara mereka yang akhirnya bekerja di perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat.

Sekarang, fenomena tersebut kembali mencuat, dengan tagar #kaburajadulu yang viral di media sosial. Banyak WNI yang tinggal di luar negeri tegas menyatakan enggan kembali ke Tanah Air, menyebutkan bahwa kondisi di Indonesia tidak mendukung perkembangan mereka. 

Edi Subhkan, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), berpendapat bahwa fenomena ini mencerminkan kekecewaan generasi muda terhadap pemerintah yang dinilai tidak peduli dengan aspirasi mereka.

Menurut Edi, tagar tersebut bukan sekadar sindiran, tetapi lebih kepada ungkapan frustrasi anak muda yang merasa tidak ada masa depan di Indonesia. Hal ini menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah agar lebih mendengarkan suara dan harapan generasi penerus bangsa.

Fenomena brain drain tidak hanya merugikan negara asal karena kehilangan sumber daya manusia terbaik, namun juga menguntungkan negara tujuan yang menerima para profesional ini. 

Para ahli menilai bahwa Indonesia perlu menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anak muda agar mereka tidak memilih untuk meninggalkan tanah air demi masa depan yang lebih baik.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment