Ilmuwan Temukan Bahan Kimia Beracun dalam Air Minum Kemasan

22 Oktober 2024 12:12
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Asam perfluorooctanoic (PFOA) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) terdeteksi dalam lebih dari 99% sampel air minum kemasan yang diambil dari 15 negara. Penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam konsentrasi PFAS antara air keran di Birmingham, Inggris, dan Shenzhen, Cina, dengan konsentrasi PFAS di air keran Cina jauh lebih tinggi.

Sahabat.com - Sebuah studi terbaru mengungkapkan penemuan "bahan kimia abadi" yang beracun dalam sampel air minum dari seluruh dunia. Para peneliti menemukan 10 jenis zat perfluoroalkyl (PFAS) — bahan kimia yang tahan terhadap kerusakan lingkungan — di air keran dan air minum kemasan yang tersedia di kota-kota besar di Inggris dan Cina.

Asam perfluorooctanoic (PFOA) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) terdeteksi dalam lebih dari 99% sampel air minum kemasan yang diambil dari 15 negara. Penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam konsentrasi PFAS antara air keran di Birmingham, Inggris, dan Shenzhen, Cina, dengan konsentrasi PFAS di air keran Cina jauh lebih tinggi.

Namun, penelitian ini juga mengungkap bahwa metode sederhana seperti perebusan atau penyaringan karbon aktif dapat mengurangi konsentrasi PFAS dalam air minum secara substansial, dengan pengurangan berkisar antara 50% hingga 90%, tergantung pada jenis PFAS dan metode yang digunakan.

Temuan Studi dan Solusi Praktis

Temuan ini diterbitkan dalam jurnal ACS ES&T Water oleh tim peneliti dari Universitas Birmingham, Universitas Sains dan Teknologi Selatan di Shenzhen, serta Universitas Hainan di Haikou. Mereka melaporkan bahwa 63% sampel air minum kemasan yang diuji menunjukkan kontaminasi PFAS.

Profesor Stuart Harrad dari Universitas Birmingham menjelaskan, “Temuan kami menunjukkan adanya PFAS yang meluas dalam air minum dan efektivitas metode pengolahan sederhana untuk mengurangi kadarnya. Menggunakan kendi penyaring atau merebus air dapat menghilangkan sebagian besar zat ini.”

Ia juga menekankan pentingnya pemantauan dan regulasi berkelanjutan untuk melindungi kesehatan masyarakat. “Kami menyediakan data berharga mengenai keberadaan PFAS dalam air minum dan solusi praktis untuk mengurangi paparan konsumen,” tambahnya.

Air minum kemasan dari berbagai negara menunjukkan tingkat PFAS yang bervariasi. Air mineral alami memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan air murni, meskipun umumnya berada di bawah ambang batas kesehatan yang ditetapkan oleh badan pengatur.

Profesor Yi Zheng dari Universitas Sains dan Teknologi Selatan menyoroti, “Kesadaran akan keberadaan PFAS dalam air keran dan kemasan dapat mendorong konsumen untuk membuat pilihan yang lebih baik, yang pada gilirannya meningkatkan penggunaan metode pemurnian air.”

Tingkat PFAS dalam Air Kemasan dan Air Keran

Para peneliti tidak menemukan perbedaan signifikan dalam konsentrasi PFAS antara air kemasan dalam botol kaca dan plastik, maupun antara air kemasan biasa dan air bersoda. Meskipun konsentrasi sebagian besar PFAS individu berada di bawah nilai referensi kesehatan, rata-rata konsentrasi PFOS dalam sampel air keran di Shenzhen melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (USEPA).

Studi ini menganalisis 112 sampel air minum kemasan yang dibeli dari toko dan supermarket daring di Inggris dan Cina, termasuk 89 sampel air putih dan 23 air soda, dengan total 87 merek dari 15 negara di Asia, Eropa, Amerika Utara, dan Oseania. Selain itu, 41 sampel air keran diambil dari rumah-rumah di Birmingham dan kota-kota terdekat, serta 14 sampel dari Shenzhen.

PFAS digunakan secara luas dalam berbagai industri, termasuk busa pemadam kebakaran dan produk konsumen, karena sifat antiair dan antinoda. Meskipun beberapa jenis telah dilarang, banyak yang masih digunakan dan efek toksiknya belum sepenuhnya diteliti.

Zat-zat ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara, seperti terhirup, tertelan, atau terserap melalui kulit, dan diketahui dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, termasuk penurunan respons imun terhadap vaksin, gangguan fungsi hati, penurunan berat badan lahir, serta peningkatan risiko beberapa jenis kanker.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment