Sahabat.com - Siapa sangka keripik gurih, pizza beku, dan sereal manis yang kita buru di supermarket sebenarnya bisa ‘membuat onar’ di dalam tubuh?
Baru-baru ini, para peneliti dari McMaster University, Kanada, mengungkap fakta mengejutkan bahwa makanan ultra-processed—alias makanan ultra-olahan—bukan cuma sekadar bikin gendut, tapi juga memicu peradangan dan gangguan metabolik yang ngumpet di balik kemasannya.
Mereka mewawancarai lebih dari 6.000 orang dewasa di seluruh penjuru negeri, dari berbagai usia, status ekonomi, hingga tingkat pendidikan, lalu memeriksa tekanan darah, kadar kolesterol, ukuran lingkar pinggang, hingga biomarker peradangan seperti C-reactive protein (CRP) dan sel darah putih.
Hasilnya? “Kami menemukan bahwa orang yang makan ultra-processed foods paling banyak punya risiko tekanan darah tinggi, kolesterol jahat yang melonjak, dan bahkan gula darah yang susah diatur,” jelas Anthea Christoforou, asisten profesor di Departemen Kinesiologi McMaster University.
Hebatnya, hubungan ini tetap kuat meski faktor berat badan, aktivitas fisik, merokok, dan total kalori harian sudah diperhitungkan. Artinya, bukan cuma karena kita jadi gendut lantas sakit, tapi ada ‘sesuatu’ di dalam makanan olahan yang benar-benar memancing peradangan dan resistensi insulin di level sel.
Para peneliti juga mengamati bahwa mereka yang paling sering mengonsumsi ultra-processed foods biasanya adalah pria dengan pendapatan dan pendidikan lebih rendah—mereka cenderung mengorbankan buah dan sayur demi kepraktisan camilan cepat saji.
“Makanan ini dipersiapkan dengan cara yang kompleks, mengandung berbagai aditif, dan dikemas sedemikian rupa. Semua elemen itu menciptakan lingkungan pangan yang ‘menjebak’ kita,” kata Christoforou.
Lebih parahnya lagi, rata-rata peserta studi mengonsumsi tiga porsi ultra-processed foods per hari. Bahkan yang teratas dalam daftar, bisa sampai enam porsi! Meski praktis, kenikmatan sesaat itu ternyata dibayar mahal oleh tubuh.
“Bagi hati kita, ini ibarat bom waktu,” ungkap Angelina Baric, mahasiswi pascasarjana dan salah satu penulis studi.
Penemuan ini jadi panggilan bangun untuk pembuat kebijakan: peraturan pangan yang lebih ketat dan edukasi luas soal bahaya makanan ultra-processed harus segera dijalankan. Health Canada sendiri sudah menganjurkan masyarakat untuk mengurangi makanan olahan dalam panduan gizinya, tapi ternyata belum cukup. Jika kita masih terlena pada kemasan menarik dan slogan ‘siap saji dalam hitungan menit’, kita sedang mengabaikan sinyal bahaya dari dalam tubuh.
Jadi, sahabat, mulai sekarang yuk cintai buah, sayur, dan makanan segar. Biar praktis, siapkan stok sayuran beku tanpa tambahan garam atau saus, atau kombinasikan makanan rumahan dengan sedikit rempah untuk rasa yang tetap menggoda.
Ingat kata Anthea Christoforou, “Tubuh kita melihat ultra-processed foods seperti benda asing—bukan makanan.”
Jadi, daripada ‘main aman’ dengan junk food, lebih baik luangkan sedikit lebih banyak waktu untuk menyiapkan makanan sehat dan alami demi kesehatan jangka panjang.
0 Komentar
Hati-Hati! Makanan Favorit Ini Diam-Diam Bisa Rusak Gusi dan Picu Peradangan Kronis
Hati-Hati! Makanan Sarapan Sehat Ini Bisa Diam-Diam Merusak Ususmu
Hati-Hati! Suplemen Kayu Manis Bisa Bikin Obat Dokter Jadi Nggak Ampuh!
Jangan Campur Pisang ke dalam Smoothie Kalau Nggak Mau Rugi Manfaat Ini!
Hati-Hati! Ternyata Matcha Bisa Ganggu Kadar Zat Besi dalam Tubuhmu
Cara Memilih Roti Bebas Gluten yang Lebih Sehat
Cara Memilih Camilan Sehat untuk Menjaga Kesehatan Gula Darah
Leave a comment