Kamu Nggak Akan Percaya Seberapa Banyak Remaja Dunia yang Terancam Kesehatannya!

21 Mei 2025 15:15
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Satu dari tiga remaja perempuan diperkirakan akan mengalami anemia pada 2030—kondisi yang bikin lemas, tumbuh kembang terhambat, hingga kerusakan organ jika parah.

Sahabat.com - Bayangkan lebih dari satu miliar remaja berusia 10–24 tahun sedang hidup di negara-negara di mana masalah kesehatan yang sebenarnya bisa dicegah dan diobati—seperti HIV/AIDS, kehamilan dini, seks tidak aman, depresi, gizi buruk, dan cedera—justru jadi ancaman sehari-hari. 

Data terbaru dari Komisi Lancet Kedua tentang Kesehatan dan Kesejahteraan Remaja memperlihatkan, seberapa pun kita sudah melaju maju dalam pendidikan dan menurunkan angka merokok serta konsumsi alkohol, kenyataannya beban ganda masalah kesehatan ini belum juga surut.

Profesor Sarah Baird dari George Washington University bilang, “Kesehatan dan kesejahteraan remaja di seluruh dunia berada di titik kritis, dengan kemajuan yang campur aduk selama tiga dekade terakhir.” 

Memang, dulu kita senang melihat partisipasi sekolah menengah dan perguruan tinggi naik, tapi di sisi lain angka kelebihan berat badan dan obesitas bisa melonjak delapan kali lipat di beberapa negara di Afrika dan Asia—dan masalah kesehatan mental remaja makin mengkhawatirkan. 

Dia juga menekankan, “Berinvestasi pada kesehatan dan kesejahteraan generasi muda itu krusial untuk melindungi masa depan kita bersama.”

Lebih parahnya lagi, pandemi COVID-19 dan minimnya dana membuat banyak upaya yang sudah dijalankan jadi tertunda. Menurut analisis beban penyakit Global Burden of Disease 2021, jumlah remaja di ‘negara beban ganda’—yang masih terus-menerus menghadapi masalah kesehatan serius—bukan berkurang, malah naik dari hampir satu miliar di 2016 menjadi 1,1 miliar sekarang. 

Proyeksi tanpa komitmen politik dan investasi berarti angka itu akan tetap bertahan di atas satu miliar sampai 2030.

Tak hanya itu, satu dari tiga remaja perempuan diperkirakan akan mengalami anemia pada 2030—kondisi yang bikin lemas, tumbuh kembang terhambat, hingga kerusakan organ jika parah. 

Di sisi kesehatan mental, kerugian yang diproyeksikan mencapai 42 juta tahun kehidupan sehat yang hilang karena gangguan mental atau bunuh diri, naik dua juta dari 2015. Untuk obesitas, diperkirakan 464 juta remaja bakal kelebihan berat badan atau obesitas pada 2030—tambah 143 juta dibandingkan 2015.

Profesor Alex Ezeh dari Drexel University menyoroti perubahan demografi: “Bagian remaja global di Afrika bakal naik dari kurang dari 25% sekarang menjadi lebih dari 46% pada 2100. Jadi, kemajuan kesehatan remaja di Afrika akan sangat menentukan kemajuan kesehatan remaja di seluruh dunia.” 

Fokus ke benua dengan pertumbuhan remaja tercepat ini pun jadi sangat penting.

Tantangan baru juga menanti: perubahan iklim dan dunia digital. Remaja sekarang adalah generasi pertama yang hidup terus-menerus dengan suhu rata-rata global setengah derajat Celsius lebih tinggi daripada zaman pra-industri. 

Pada 2100, proyeksi menunjukkan 1,9 miliar remaja akan hidup di dunia yang 2,8°C lebih hangat—risiko penyakit terkait panas, krisis pangan dan air, serta gangguan mental akibat bencana iklim semakin nyata.

Dr. Aaron Jenkins dari University of Sydney menjelaskan, “Kami menganut pendekatan holistik yang menggabungkan kesehatan remaja, integritas ekologi, dan keadilan sosial. Intervensi yang memajukan kesehatan remaja sekaligus melindungi keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim adalah kunci untuk masa depan yang berkelanjutan.” 

Sementara transisi digital membuka peluang sosial dan pendidikan, juga memunculkan kekhawatiran soal dampak negatif media sosial terhadap perkembangan emosi dan sosial remaja.

Sayangnya, alokasi dana untuk kesehatan remaja baru 2,4% dari total bantuan global, padahal remaja membentuk 25% populasi dunia dan menanggung 9% beban penyakit. Padahal, investasi di periode remaja terbukti memberikan balik manfaat setara dengan investasi pada anak usia 0–9 tahun, bahkan lebih baik dibandingkan investasi pada orang dewasa.

Keunikan laporan ini: partisipasi aktif remaja di setiap tahapnya. Sepuluh Komisaris Muda—berusia 23–35 tahun—dengan beragam latar akademik dan sosial telah ikut merancang rekomendasi, didukung lebih dari 200 remaja dari 36 negara lewat Youth Solution Labs. 

Dr. Shakira Choonara bilang, “Kami telah mendengar langsung kekhawatiran remaja tentang kesehatan dan kesejahteraan mereka, tapi juga semangat mereka sebagai agen perubahan.” 

Inilah saatnya dunia mendengar dan bertindak, demi generasi remaja yang lebih sehat dan berdaya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment