Kisah Jafar Anak Sopir, Mengidap Penyakit Usus Langka yang Membuatnya Tidak Bisa Buang Air Besar Secara Normal

05 Juni 2024 13:53
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Hanya satu bulan setelah kelahirannya, dokter mendiagnosis Jafar menderita penyakit penyempitan usus.

Sahabat.com - Jafar Naufail Syairazi, bocah 5 tahun ini harus menanggung cobaan berat sejak usia dini. Di usia yang seharusnya penuh kegembiraan, ia justru harus menjalani kehidupan yang dihadapkan pada kesulitan yang luar biasa.

Hanya satu bulan setelah kelahirannya, dokter mendiagnosis Jafar menderita penyakit penyempitan usus. Kondisi tersebut memaksanya menjalani operasi untuk mengembalikan fungsi ususnya.

Operasi tersebut tidak langsung menyembuhkannya, dan ia harus memasang kantong kolostomi di perutnya agar bisa buang air besar. Pasca operasi, tidak ada perubahan besar pada tubuh kecil Jafar hingga usianya saat ini.

"Tidak ada perubahan setelah operasi di RS Fatmawati yang kedua kali. Misalnya, setelah makan dua hari, merasa kembung, dan setelah itu ia terlihat seperti orang gemuk. Habis makan, minum, bersendawa," ujar ayah Jafar, Ferry.

Setelah pindah rumah sakit , dokter menemukan bahwa Jafar sebenarnya mengidap penyakit Hirschsprung. Penyakit Hirschsprung adalah penyakit usus besar di mana tinja atau kotoran tersangkut di usus. Kelainan bawaan yang tergolong langka ini dapat menghalangi bayi untuk buang air besar sejak lahir.

Salah satu pengobatan yang diterima Jafar adalah stoma. Dalam perawatan ini, dokter memotong bagian usus yang bermasalah dan memasukkan usus yang sehat ke dalam lubang di perut (stoma). Karena itu, Jafar tetap harus menggunakan kantong kolostomi.

Setiap hari seperti pertempuran baginya. Seorang ayah yang berprofesi sebagai supir selalu meluangkan waktu sepulang kerja untuk menghabiskan waktu bersama anak kesayangannya. 

Ia membersihkan kantong kolostomi dan memastikan Jafar bebas infeksi. Untuk menghindari perut kembung yang menyakitkan, wajib untuk memberikan larutan NaCl secara teratur setelah makan. Terlebih lagi, pergi ke rumah sakit sudah menjadi rutinitas yang membosankan.

Operasi demi operasi selesai, namun selalu ada kendala. Dia sering harus ke UGD pada tengah malam karena jahitan sang anak patah atau bocor.

“Jam 11 malam saya dibawa ke RSCM dan dibawa ke IGD tidak ada tindakan apa-apa. Jam 14.00 saya masuk IGD, bersih dan dipasang infus saat fajar. Istri saya berkata, mengapa lama sekali? Sekarang bersabarlah. Apa yang akan terjadi padamu?" kata Ferry pelan.

Akibat penyakit ini, aktivitas Jafar menjadi sangat terbatas. Walaupun kelihatannya biasa saja, ia sering merasa gatal dan mual karena jahitan di perut saya.

"Iya, itu kejadian kemarin. Kalau pakai plester sepertinya sedikit gatal. Anak saya ada yang gatal di sini (di jahitan perutnya) dan badannya digaruk-garuk, tapi bukan gatal, rasanya mual,” kata sang ayah. 

Namun semangat sang anak tetap tinggi, meski kondisinya jauh dari ideal, namun orang tuanya berharap anaknya bisa hidup normal tanpa rasa sakit.

"Bagaimana saya bisa bersekolah? Orang-orang berkata kepada saya. Semoga saja dia membaik, teruskan saja,'' katanya sedih.

Saat ini Jafar membutuhkan biaya untuk membeli obat-obatan yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan. 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment