Mengapa Generasi Z Jepang Memilih Hikikomori: Faktor Psikologis yang Mendasari

12 September 2024 21:38
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Memilih hikikomori adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor psikologis yang mendalam dan kondisi sosial yang berlaku.

Sahabat.com - Hikikomori, istilah yang merujuk pada individu yang mengisolasi diri dari kehidupan sosial dan dunia luar, telah menjadi fenomena yang semakin sering dijumpai di Jepang. 

Sementara fenomena ini tidak terbatas pada generasi tertentu, generasi Z Jepang—mereka yang lahir pada akhir 1990-an hingga awal 2010-an—menunjukkan peningkatan signifikan dalam memilih gaya hidup ini. 

Faktor-faktor psikologis memainkan peran penting dalam menjelaskan mengapa generasi ini merasa terdorong untuk mengisolasi diri.

1. Tekanan Sosial dan Kecemasan

Salah satu faktor utama yang memengaruhi kecenderungan hikikomori di kalangan generasi Z adalah tekanan sosial yang luar biasa. 

Jepang adalah negara dengan standar sosial yang sangat tinggi, termasuk ekspektasi yang berat terkait prestasi akademis dan profesional. 

Bagi banyak generasi Z, tekanan untuk memenuhi harapan tersebut dapat menimbulkan kecemasan yang mendalam. 

Kecemasan ini sering kali mengarah pada perasaan ketidakmampuan atau ketidakcukupan, yang pada akhirnya membuat mereka menarik diri dari interaksi sosial dan memilih isolasi sebagai cara untuk menghindari stres.

2. Ketidakmampuan Menghadapi Kegagalan

Di Jepang, kegagalan sering dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan tidak dapat diterima. Generasi Z, yang tumbuh dalam lingkungan yang menekankan kesempurnaan dan pencapaian, mungkin merasa tidak mampu menghadapi kegagalan atau kesalahan mereka. 

Rasa malu dan rasa takut akan penilaian negatif dapat memperburuk perasaan mereka, membuat mereka merasa lebih aman dan nyaman dengan menghindari dunia luar dan mengisolasi diri di rumah.

3. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial

Pengaruh teknologi dan media sosial juga merupakan faktor psikologis penting. Generasi Z Jepang tumbuh dalam era digital di mana interaksi sosial sering kali terjadi secara online. 

Walaupun internet memberikan peluang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, hal ini juga dapat memperburuk isolasi sosial. 

Ketergantungan pada media sosial dapat menyebabkan perasaan keterasingan dan kesepian ketika interaksi virtual tidak dapat menggantikan hubungan interpersonal yang nyata. Hal ini, pada gilirannya, dapat memperkuat dorongan untuk menghindari interaksi sosial di dunia nyata.

4. Perubahan dalam Struktur Keluarga dan Dukungan Emosional

Perubahan dalam struktur keluarga di Jepang juga berperan dalam fenomena hikikomori. Banyak generasi Z berasal dari keluarga di mana peran tradisional telah berubah, dan dukungan emosional dari anggota keluarga mungkin tidak sekuat di masa lalu. 

Kurangnya komunikasi dan dukungan emosional yang memadai dapat memperburuk perasaan keterasingan dan membuat individu merasa lebih sulit untuk terhubung dengan dunia luar.

5. Kesulitan Mengelola Emosi

Generasi Z seringkali menghadapi kesulitan dalam mengelola emosi mereka secara efektif. Pendidikan di Jepang mungkin kurang menekankan pada pengembangan keterampilan emosional, sehingga banyak individu tidak memiliki alat yang diperlukan untuk menangani stres dan tekanan secara sehat. 

Ketidakmampuan untuk mengatasi emosi dengan cara yang konstruktif dapat mengarah pada keputusasaan dan keinginan untuk menghindari situasi yang menekan.

Memilih hikikomori adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor psikologis yang mendalam dan kondisi sosial yang berlaku. 

Tekanan sosial yang tinggi, ketidakmampuan menghadapi kegagalan, pengaruh media sosial, perubahan dalam struktur keluarga, dan kesulitan dalam mengelola emosi semuanya berkontribusi pada fenomena ini. 

Untuk memahami dan mengatasi masalah hikikomori di kalangan generasi Z Jepang, penting untuk memperhatikan aspek-aspek psikologis ini dan mencari solusi yang dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi individu yang mengalami isolasi sosial.

0 Komentar

Berita Terkait

Zodiak yang Pandai Berhemat

  • 15 jam lalu
  • 0
  • 0

Kapan Sprei Harus Diganti?

  • 1 hari lalu
  • 0
  • 0
Leave a comment