Sahabat.com - Apakah kamu masih suka membaca buku, majalah, atau bahkan sekadar novel ringan di waktu senggang? Jika iya, ternyata kamu termasuk minoritas.
Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal iScience mengungkap bahwa kebiasaan membaca untuk kesenangan di Amerika Serikat turun drastis sekitar 40% dalam dua dekade terakhir.
Penurunan ini membuat para ahli khawatir karena membaca bukan sekadar hiburan, tapi juga punya banyak manfaat kesehatan.
Tim peneliti dari University of Florida dan University College London menganalisis data kebiasaan membaca orang Amerika antara tahun 2003 hingga 2023.
Hasilnya cukup mencengangkan, setiap tahun ada penurunan sekitar 3% orang yang membaca untuk hiburan.
“Saya terkejut dengan sejauh mana penurunan kebiasaan membaca ini, jauh lebih besar dari yang saya perkirakan,” ujar Jessica Bone, PhD, peneliti senior bidang statistik dan epidemiologi dari University College London.
Penurunan ini bukan cuma persoalan budaya, tapi bisa berdampak serius pada kesehatan mental.
Menurut Saba Lurie, LMFT, terapis seni sekaligus pemilik Take Root Therapy di Los Angeles, membaca terbukti dapat menurunkan stres, meningkatkan kualitas tidur, serta memperkuat rasa empati dan koneksi sosial.
“Di saat banyak orang merasa lelah, kesepian, dan cemas, membaca bisa menjadi cara sederhana yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental,” jelasnya.
Faktor yang memicu penurunan ini cukup beragam, mulai dari waktu luang yang semakin sedikit, akses terbatas ke buku dan perpustakaan, hingga dominasi smartphone dan media sosial yang membuat orang terbiasa dengan konten singkat serba cepat.
Akibatnya, membaca buku yang membutuhkan konsentrasi lebih terasa lambat dan membosankan dibandingkan scroll TikTok atau media digital lainnya.
Padahal, membaca punya segudang manfaat. Banyak bukti menunjukkan bahwa kebiasaan membaca bisa membantu menjaga daya ingat, mengurangi risiko penurunan kognitif, meningkatkan kreativitas, imajinasi, bahkan memperpanjang usia.
Membaca juga memperkaya bahasa, memperluas wawasan budaya, dan meningkatkan rasa empati lewat keterikatan dengan karakter dalam cerita.
Lurie menambahkan, “Di tengah dunia yang makin terpecah, buku bisa memperluas empati kita dan memberi rasa koneksi yang sangat dibutuhkan.”
Kabar baiknya, membangun kebiasaan membaca tidak harus terasa berat. Pilihlah bacaan yang benar-benar kamu sukai, bukan yang sekadar dianggap populer atau wajib.
Mulailah dengan beberapa menit setiap hari, seperti saran psikolog Janelle Peifer, PhD, yang menyarankan membawa buku atau e-reader ke mana saja agar bisa membaca sebentar di sela aktivitas.
Kalau butuh motivasi, kamu bisa bergabung dengan komunitas buku, klub membaca, atau bahkan mengikuti tren BookTok yang sedang ramai di TikTok.
Jangan lupa, perpustakaan modern kini juga menyediakan e-book dan audiobook gratis melalui aplikasi seperti Libby, jadi akses membaca semakin mudah. Dengan langkah kecil ini, kamu bisa menjaga kesehatan mental, tidur lebih nyenyak, dan tentu saja, memperkaya hidup lewat kata-kata.
0 Komentar
Liburan Bisa Picu Serangan Jantung? Waspada Holiday Heart Syndrome Saat Natal dan Tahun Baru
Anak Minta Smartphone Sejak Dini? Studi Ini Bongkar Usia Paling Aman dan Dampaknya bagi Kesehatan
Trik Bugar Usia 40+: Rahasia Latihan dari Pelatih Selebriti yang Bikin Tubuh Tetap Kuat & Awet Muda
Kok Bisa? Atlet Justru Punya Risiko Gangguan Irama Jantung Lebih Tinggi, Ini Penjelasannya
Sydney Sweeney Pamer Foto Berani Saat Bersiap ke Premiere ‘The Housemaid’, Netizen Terpukau
Riset Terbaru Ungkap Manfaat Kerja dari Rumah untuk Kesehatan Mental, Wanita Paling Diuntungkan
Riset Baru Ungkap Risiko Tersembunyi Tato: Bisa Ganggu Imunitas hingga Pengaruh Vaksin
Terbukti! Punya Hewan Peliharaan Bikin Lansia Lebih Panjang Umur dan Otak Tetap Tajam
Ramalan Shio Kuda 2026: Karier, Cinta, dan Kondisi Finansial
Leave a comment