Orangtua Wajib Lakukan Ini Jika Anak Dipukul Kawannya

14 Mei 2024 15:11
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Tak jarang pula ada anak yang pulang ke rumah seraya menangis. (iStockphoto)

Sahabat.com - Dalam keseharian di lingkungan tempat tinggal, anak-anak kerap bermain dengan teman-teman sebayanya. Beragam permainan dilakukan anak-anak sesuai jamannya. Sayangnya saat anak-anak bermain, beberapa orangtua tidak mengontrol anak-anaknya. Sejumlah orangtua seperti sengaja melakukan pembiaran ketika anak-anaknya bermain bersama kawan-kawannya.

Ketika anak bermain, terkadang anak mendapatkan perlakuan yang tak mengenakan dari kawan-kawannya. Tak jarang pula ada anak yang pulang ke rumah seraya menangis. Ketika ditanya oleh orangtuanya si anak menjawab bahwa dia telah dipukul oleh kawannya.

Jika terjadi kejadian seperti itu, beberapa orangtua ada yang spontan melontarkan kekesalannya kepada kawan anaknya yang melakukan pemukulan tadi. Ada pula sejumlah orangtua yang berusaha menenangkan sang anak dengan mengajaknya masuk ke rumah dan melarang untuk bermain lagi.

Lantas, apa saja yang harus dilakukan orangtua ketika anaknya dipukul oleh kawannya?   

1. Tetap Tenang

Hal pertama yang bisa dilakukan orangtua adalah tetap tenang. Agar tidak tersulut emosi dengan perlakuan tidak menyenangkan yang diterima si kecil, orangtua bisa melakukan latihan pernapasan dengan kesadaran penuh.

Kebiasaan melatih pernapasan dalam dan perlahan, membuat orangtua lebih siap menghadapi kondisi stres yang bisa memantik emosi.

Cara ini dapat membuat pikiran menjadi lebih tenang. Pada gilirannya, alih-alih menyalahkan anak atau memintanya membalas pukulan, orangtua bisa menyikapi anak yang dipukul temannya dengan lebih bijak. Misalnya dengan meyakinkan si kecil bahwa semuanya dapat diatasi dengan baik tanpa kekerasan.

2. Lihat dari Perspektif Anak

Di usianya, anak mungkin masih sulit mengendalikan diri. Hal ini bisa membuat mereka bersikap lebih agresif sehingga memukul anak lain. Mereka bahkan belum bisa memahami alasan melakukan tindakan tersebut.

Menurut Psikolog Klinis dari Columbia University, Amerika Serikat, Laura Markham, Ph. D., salah satu alasan anak memukul temannya karena dia merasa takut.

Karenanya, orangtua sebaiknya tidak langsung menyalahkan aksi pemukulan yang dilakukan seorang anak. Namun, bukan berarti orang tua harus memaklumi anak dipukul temannya, ya!

3. Dengarkan Apa yang Dikatakan Anak

orangtua bisa menghampiri anak terlebih dahulu ketika ia mengeluh dipukul temannya. Tanyakan padanya apa yang terjadi dan apa yang dia rasakan.

Dukung anak secara netral, jangan menyalahkan dia maupun temannya. Soalnya, ketika orang tua bereaksi terlalu keras terhadap cerita anak, si kecil mungkin akan berhenti bercerita karena takut membuat orangtua merasa kesal.

4. Ajarkan Anak Agar Tidak Membalasnya

Kendati ada keinginan untuk mengambil tindakan sendiri dan membalas perlakuan anak yang memukul si kecil, jangan pernah lakukan hal tersebut.

orangtua harus memberikan contoh pada anak mengenai cara menyikapi masalah. Menghukum anak yang memukul tidak akan menghentikan tindakan kekerasan lain di kemudian hari.

Hal ini justru bisa meningkatkan rasa takut anak. Anak mungkin bisa memukul orang lain di waktu mendatang. Ajarkan kepada anak untuk tidak membalas pukulan tersebut. Ingatkan bahwa membalas tidak akan membantu anak merasa lebih baik.

orangtua bisa menarik napas dalam-dalam dan pikirkan hal apa yang perlu dilakukan untuk membantu anak mengatasi masalah tersebut.

5. Informasikan kepada Orang Tuanya

Ketika anak dipukul temannya, orangtua bisa menyampaikan tindak kekerasan tersebut ke orang tua anak yang bersangkutan.

Sampaikan bahwa anaknya telah memukul si kecil karena suatu alasan. Hal ini bertujuan agar orang tuanya memahami apa yang terjadi dan mengambil tindakan untuk anaknya.

6. Ajarkan Anak untuk Tegas

Orang tua bisa mengajarkan kepada anak untuk bersikap tegas terhadap segala bentuk perlakuan tidak menyenangkan, termasuk pemukulan.

7. Ajarkan Anak untuk Menenangkan Diri

orangtua bisa mengajarkan anak untuk menenangkan diri. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi lampu lalu lintas.

Minta anak untuk memejamkan mata dan membayangkan lampu lalu lintas. Ketika anak merasa sangat emosi, lampu merah menyala, artinya dia harus mengambil tiga napas dalam dan memikirkan sesuatu yang menenangkan.

Saat lampu berubah menjadi kuning, ajarkan anak untuk mengevaluasi masalahnya. Ajak mereka berpikir apakah masalah ini bisa ia tangani atau tidak.

Ketika lampu berubah menjadi hijau, minta anak memilih strategi untuk memecahkan masalah, misalnya dengan menghindar dari pemicu masalah atau meminta bantuan.

8. Hibur Anak dengan Melakukan Aktivitas Menyenangkan

Bantu anak untuk merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Orangtua bisa mengajaknya untuk melakukan aktivitas yang ia senangi. Setiap kali berhasil melakukan aktivitas tersebut, hal ini dapat membantu buah hati mengembangkan harga diri yang lebih baik.

Menghibur anak dapat mengalihkan perhatiannya, mengurangi rasa sedih, dan mencegah buah hati merasa frustasi akibat perlakuan tidak menyenangkan yang dia terima.

9. Pantau Perkembangan Anak

Memantau perkembangan anak setelah mengalami kekerasan merupakan tindakan yang sangat penting. Kekerasan dapat meninggalkan dampak psikologis yang cukup besar pada anak, seperti rasa takut, kecemasan, dan trauma.

Dengan memantau perkembangan anak, orangtua dapat lebih mudah mendeteksi apakah ada perubahan perilaku, emosi atau dampak kesehatan lebih lanjut.

Setiap orang tua, baik secara fisik dan emosional cenderung melindungi anak yang dipukul temannya. Meski begitu, penting bagi Mama-Papa untuk mengajarkan anak menyikapi masalah tanpa kekerasan.

Tanamkan pada anak, kendati dia tidak dapat menghentikan sikap buruk orang lain kepadanya, dia memiliki kendali penuh untuk merespons apa yang terjadi.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment