Sahabat.com - Kamu pasti pernah bertanya-tanya, seberapa banyak sih makanan olahan yang masuk ke perut setiap hari?
Nah, terbaru nih, para ilmuwan Amerika Serikat dan Brasil berhasil menemukan “jejak” khusus di darah dan urin yang bisa ngasih tahu persis tingkat konsumsi makanan ultra-olahan alias UPF (ultra-processed food).
Bayangin aja, bukan lagi cuma andalin ingatan atau jurnal harian makan, melainkan bukti metabolik nyata yang ke mana-mana ikut dalam tubuh kamu!
Di studi PLOS Medicine yang melibatkan 718 peserta usia 50–74 tahun, mereka diminta isi sampai enam kali catatan 24-jam tentang apa saja yang dimakan dalam setahun.
Makanan dikelompokkan sesuai sistem Nova, dari yang minim proses sampai yang super olahan; lalu dihitung persentase kalori harian dari UPF.
“Metabolit adalah jejak yang ditinggalkan makanan di dalam tubuh,” ujar peneliti, menjelaskan kalau senyawa kecil ini bisa jadi penanda seberapa banyak roti putih, snack kemasan, atau minuman manis yang kita santap.
Gak cuma itu, mereka juga ambil sampel darah dan dua jenis urin (24-jam dan pagi hari) dua kali dengan jeda enam bulan.
Hasilnya? Lebih dari 1.000 senyawa terdeteksi lewat teknik spektrometri massa canggih. Setelah dihitung korelasinya dengan jumlah UPF yang dimakan—dengan memperhitungkan umur, jenis kelamin, ras, indeks massa tubuh, dan kebiasaan merokok—lahirlah “poly-metabolite scores” untuk darah, urin 24-jam, dan urin pagi hari yang mampu meramal seberapa tinggi porsi UPF yang dikonsumsi.
Supaya gak sekadar teori, tim peneliti lalu uji skor ini di uji coba crossover feeding trial. 20 relawan makan diet dengan 80% UPF selama dua minggu, lalu ganti ke 0% UPF dua minggu berikutnya. Hasilnya mengejutkan: skor metabolit darah dan urin berhasil membedakan fase diet meski dalam waktu singkat. Dengan nilai AUC antara 0,66–0,78, memang belum sempurna, tapi sudah cukup jitu buat ngelacak perubahan makan secara real time.
Lebih detilnya, ada 191 senyawa di darah dan 293 di urin yang berubah sesuai kadar UPF. Beberapa metabolit—seperti (S)C(S)S-S-methylcysteine sulfoxide dan N2,N5-diacetylornithine—turun saat UPF meningkat, sementara N6-carboxymethyllysine (yang juga dikaitkan dengan diabetes dan penyakit jantung) justru naik. Menariknya, orang yang banyak makan UPF cenderung punya tingkat β-cryptoxanthin rendah, yang biasanya jadi penanda banyak makan buah dan sayur segar.
Temuan ini keren karena mengonfirmasi bahwa diet tinggi UPF tak cuma bikin kenyang Instan tapi juga mengurangi nutrisi penting sambil menambah paparan zat asing dari bahan tambahan dan kemasan. Dari sisi metabolisme, efeknya menyebar ke jalur asam amino, lemak, karbohidrat, energi, bahkan metabolisme xenobiotik—ditandai oleh masuknya senyawa asing yang seharusnya gak ada di tubuh kita.
Meski begitu, peneliti mengakui keterbatasan: data observasionalnya berasal dari populasi usia tua dan dominan kulit putih, jadi perlu diuji ulang di kelompok umur dan etnis lain. Ukuran sampel uji coba juga kecil, serta pengambilan sampel darah dan urin kadang gak berbarengan dengan catatan diet. Jadi, meski menjanjikan, skor metabolit ini masih butuh penyempurnaan sebelum dipakai luas di penelitian kesehatan dan kebijakan publik.
Pokoknya, ini langkah besar menuju cara baru mengukur konsumsi makanan ultra-olahan secara objektif. Bayangin nanti ada tes sederhana buat tahu seberapa sering kita binging snack kemasan—jadi peta nutrisi harian kita bisa lebih akurat, deh. Siap-siap deh gaya hidup kita makin terukur, bukan cuma gimana rasanya, tapi juga jejak metaboliknya!
0 Komentar
Tidur Remaja Ternyata Bisa Bikin Citra Tubuhmu Ambyar!
Terungkap! Kamu Sebenarnya Bisa Kekar Tanpa Makan Daging!
Diet Raw Vegan Bikin Kamu Glowing? Ini Fakta Mengejutkan yang Bikin Kamu Tercengang!
Cuma 5 Menit Jalan Cepat, Otak Kamu Bisa Makin Top!
Ternyata, Kerja Lembur Bikin Otak Kamu Berubah Bentuk!
Pria Bisa Mati Karena Patah Hati, Angkanya Bikin Merinding!
Leave a comment