Tidur Remaja Ternyata Bisa Bikin Citra Tubuhmu Ambyar!

22 Mei 2025 18:09
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Peneliti psikologi dari University of Mississippi ngelihat hubungan antara seberapa nyenyaknya tidur dan munculnya gejala body dysmorphic disorder—kondisi yang bikin seseorang terobsesi sama “cacat” yang mungkin cuma ada di pikirannya.

Sahabat.com - Lagi-lagi, kualitas tidur remaja ternyata punya peran besar dalam gimana mereka memandang diri sendiri. 

Peneliti psikologi dari University of Mississippi ngelihat hubungan antara seberapa nyenyaknya tidur dan munculnya gejala body dysmorphic disorder—kondisi yang bikin seseorang terobsesi sama “cacat” yang mungkin cuma ada di pikirannya.

“Kami menemukan bahwa remaja yang melaporkan kualitas tidur rendah juga cenderung melaporkan level gejala body dysmorphia yang lebih tinggi,” kata Sarah Bilsky, asisten profesor psikologi dan penulis riset ini. 

Penelitian yang dipublikasikan di Child Psychiatry and Human Development itu melibatkan lebih dari 700 remaja, dan hasilnya jelas: kurang tidur = gampang overthinking soal penampilan.

Soalnya, masa remaja itu memang lagi banyak drama hormon. 

“Masa remaja adalah waktu kunci di mana gangguan tidur itu umum terjadi,” ujar Kayce Hopper, doktoral klinis psikologi angkatan empat dari Summerville, South Carolina, sekaligus co-author studi ini. 

Perubahan hormon seperti testosteron dan estrogen bikin jam biologis mereka maju, jadi suka begadang, padahal sekolah tetap dimulai pagi-pagi. Akhirnya, lebih dari 70% remaja gak nyampe delapan jam tidur setiap malam.

Selain hormon, gimana kamu dilihat temen sebaya dan tekanan media sosial juga nambah beban. 

“Kita tahu ngerasain stres dan mengatur emosi jadi lebih susah pas lagi lelah,” kata Leila Sachner, doktoral klinis psikologi angkatan tiga dari Hamden, Connecticut. 

Ya wajar sih, bayangin aja otak lagi ngantuk tapi harus jaga image di Instagram.

Meski asosiasi antara kurang tidur dan body dysmorphia udah ketahuan, peneliti belum tahu nih mana yang jadi penyebab utama. 

“Kami gak bisa bilang apa yang mempengaruhi yang lain. Bisa saja body dysmorphia yang ganggu tidur, atau kurang tidur bikin rentan sama gejala dysmorphia, atau keduanya. Ini baru langkah awal,” jelas Bilsky.

Sambil nunggu hasil studi lanjutan, biar kamu gak jadi korban “drama tubuh” sendiri, coba deh prioritaskan kebiasaan tidur yang sehat. 

“Kalau kita gak merawat tubuh kita—tidur, makan, olahraga—itu bisa ningkatin kerentanan kita terhadap emosi negatif,” tutup Sachner. 

Intinya, sebelum nge-stalk feed sosmed atau ngecek pantulan di cermin, pastikan dulu matamu ketutup bantal setidaknya delapan jam!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment