Sahabat.com - Terdapat indikasi awal bahwa penyakit yang menyerupai flu dan telah menginfeksi 416 orang serta menyebabkan 75 kematian di Republik Demokratik Kongo dalam beberapa minggu terakhir kemungkinan besar adalah malaria.
Hasil laboratorium yang diambil dari penderita menunjukkan tanda-tanda malaria, meskipun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk konfirmasi, menurut pejabat kesehatan.
"Di antara 12 sampel yang diambil, sembilan di antaranya menunjukkan hasil positif malaria. Namun, kualitas sampel-sampel tersebut tidak optimal, sehingga penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan untuk memastikan apakah ini merupakan wabah," ujar Dr. Jean-Jacques Muyembe, Direktur Jenderal Institut Nasional Penelitian Biomedis Kongo di Kinshasa, kepada Associated Press.
Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa mayoritas korban jiwa adalah anak-anak di bawah usia 14 tahun, yang berada di provinsi Kwango, bagian barat Kongo.
Anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan terhadap penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
“Kami menduga besar kemungkinan ini adalah malaria, karena mayoritas korban adalah anak-anak,” kata Muyembe.
Gejala penyakit ini meliputi demam, sakit kepala, batuk, dan anemia.
Penanganan wabah ini cukup menantang karena daerah yang terjangkit terletak sekitar 700 km dari Kinshasa, ibu kota Kongo, yang memerlukan waktu setidaknya dua hari untuk dijangkau. Selain itu, fasilitas pengujian terdekat berjarak lebih dari 480 km.
Saat wabah ini mulai muncul, para ahli kesehatan sempat khawatir bahwa penyakit ini disebabkan oleh patogen baru.
Dr. Abraar Karan, seorang spesialis penyakit menular dari Stanford Medicine, menjelaskan kepada NBC News bahwa wabah di Kongo "memang mengkhawatirkan," mengingat tingginya interaksi antara manusia dan satwa liar di negara tersebut, yang dapat meningkatkan kemungkinan penularan penyakit dari hewan ke manusia.
"Banyak penyakit infeksi hewan yang dapat menular ke manusia berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius," tambah Karan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang beroperasi di Kongo, mengungkapkan bahwa mereka memberikan bantuan teknis kepada tim tanggap darurat yang dikerahkan di lapangan.
Tim internasional juga sedang mengumpulkan data terkait faktor risiko yang dimiliki oleh orang yang terinfeksi serta interaksi mereka dengan orang lain, ungkap Amira Albert Roess, profesor kesehatan global dan epidemiologi dari Universitas George Mason di Virginia, dalam wawancaranya dengan NBC News.
"Saya yakin kami akan segera mendapatkan kepastian tentang penyebab wabah ini," kata Roess.
0 Komentar
Billie Eilish Dikabarkan Menunjukkan Tanda-tanda Paranoia
Apakah Anak Anda Sering Sakit Saat Musim Dingin? Ahli Berikan Tips untuk Meningkatkan Imunitas
Ilmuwan Ungkap Mikroba yang Mungkin Hidup di Microwave Anda
Aktivitas Kuno Ini Dinyatakan Dapat Meningkatkan Kesehatan dan Memperpanjang Umur, Benarkah?
Konsumsi Daging Merah Bisa Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2, Banyak yang Belum Tahu
Para Ilmuwan Menemukan Kode Kanker dengan Penemuan Protein Terobosan
Leave a comment