Sahabat.com - Musim panas biasanya identik dengan cuaca cerah, liburan, dan aktivitas luar ruangan.
Namun, di balik semua itu, batuk, pilek, dan gejala flu ternyata tetap bisa menyerang, bahkan di tengah teriknya matahari.
Data terbaru pemerintah Amerika Serikat menunjukkan kasus COVID-19 sedang meningkat di sebagian besar negara bagian, termasuk kunjungan ke ruang gawat darurat dari semua kelompok usia.
Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), kasus flu sedang menurun dan RSV (respiratory syncytial virus) cenderung stabil, tetapi COVID-19 justru naik. Dari hasil pemantauan limbah, varian XFG yang dijuluki “Stratus” kini menjadi yang paling umum di AS.
Varian ini dikenal bisa menimbulkan sakit tenggorokan seperti “tergores pisau” dan masih diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO menyebut kemampuan Stratus menghindari kekebalan tubuh hanya sedikit lebih baik dari varian lain, dan vaksin masih efektif melawannya.
“COVID-19 kemungkinan akan mengikuti pola musiman seperti coronavirus lain di musim dingin, tetapi beberapa tahun terakhir kita melihat lonjakan di akhir musim panas,” ujar Dr. Dean Blumberg, Kepala Penyakit Infeksi Anak di UC Davis Children’s Hospital.
Selain COVID-19, virus lain yang beredar di musim panas termasuk penyebab penyakit tangan, kaki, dan mulut, serta norovirus yang kerap disebut flu perut.
Banyak orang mengira virus sulit menyebar di musim panas, tetapi dokter menjelaskan bukan hanya musim yang berperan—perilaku kita juga memengaruhi. Saat cuaca panas terik dan orang memilih berlama-lama di dalam ruangan ber-AC, penularan justru bisa meningkat.
“Saya tumbuh di East Coast, semua orang sakit di musim dingin. Tapi di sini, Arizona, banyak orang justru sakit di musim panas karena lebih banyak waktu di dalam ruangan,” kata Dr. Frank LoVecchio, dokter IGD sekaligus peneliti di Arizona State University.
Lalu, apakah perlu booster COVID-19 sekarang? Dr. Costi Sifri dari University of Virginia Health System mengatakan waktu pemberian vaksin sangat penting.
“Anda ingin benar-benar terlindungi pada saat yang paling penting bagi Anda,” ujarnya.
Untuk kebanyakan orang sehat, ia menyarankan menunggu hingga musim gugur ketika kasus diperkirakan melonjak, tetapi bagi lansia dan orang dengan kekebalan tubuh lemah, konsultasi dengan dokter tetap wajib.
CDC mencatat kunjungan IGD untuk anak di bawah 4 tahun meningkat bulan lalu. Dr. Blumberg menjelaskan hal ini wajar karena banyak anak kecil yang belum divaksin atau baru pertama kali terinfeksi.
Meski Sekretaris Kesehatan Robert F. Kennedy Jr. pernah mengatakan vaksin tidak lagi direkomendasikan untuk anak sehat—pernyataan yang dianggap tidak berdasar oleh pakar—American Academy of Pediatrics tetap mendukung vaksin COVID-19 untuk anak di atas 6 bulan.
Cara pencegahannya tetap sama seperti musim lain: sering cuci tangan, habiskan waktu di luar ruangan jika memungkinkan, pakai masker di tempat ramai, dan jika sakit sebaiknya tetap di rumah. Dengan langkah sederhana ini, risiko terkena flu, pilek, maupun COVID-19 bisa ditekan, bahkan di musim panas.
0 Komentar
Virus Pernapasan Ternyata Bisa Bangunkan Sel Kanker Payudara yang Tidur dan Picu Kambuh Lebih Cepat
Diet Vegetarian Bisa Turunkan Risiko Kanker hingga 45 Persen, Riset Besar Ungkap Fakta Mengejutkan
Suara Serak Bisa Jadi Tanda Kanker Langka yang Sering Terabaikan
Pria Masuk Rumah Sakit Setelah Ikuti Saran AI Soal Pola Makan
Leave a comment