Akhirnya Terjawab! Vaksin Anak yang Diisukan Berbahaya Ternyata Aman Banget, Ini Faktanya!

16 Juli 2025 13:47
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Sebuah studi raksasa yang berlangsung selama 24 tahun di Denmark, melibatkan lebih dari 1,2 juta anak, baru saja menegaskan bahwa vaksin masa kecil nggak menyebabkan autisme, asma, atau puluhan gangguan kesehatan kronis lainnya.

Sahabat.com - Kalau kamu masih ragu soal keamanan vaksin anak, apalagi karena isu soal kandungan aluminiumnya, sekarang saatnya tarik napas lega. 

Sebuah studi raksasa yang berlangsung selama 24 tahun di Denmark, melibatkan lebih dari 1,2 juta anak, baru saja menegaskan bahwa vaksin masa kecil nggak menyebabkan autisme, asma, atau puluhan gangguan kesehatan kronis lainnya.

Penelitian ini fokus pada bahan tambahan vaksin berupa garam aluminium, yang selama ini sering jadi sasaran tudingan para penentang vaksin. Padahal ya, bahan ini sudah dipakai selama lebih dari 70 tahun di vaksin non-hidup dan fungsinya justru buat ningkatin respons imun tubuh terhadap dosis obat yang lebih rendah. 

Meskipun mengandung ion aluminium, secara kimia, bentuknya sangat beda dari logam aluminium murni yang biasa kita bayangkan.

"Orang tua perlu paham bahwa kami bukan menyuntikkan logam ke tubuh anak-anak," ujar Anders Hviid, ahli epidemiologi dan penulis utama studi dari Statens Serum Institute, Denmark. 

Dia menambahkan, "Penelitian kami menjawab banyak kekhawatiran dan memberikan bukti yang kuat serta jelas soal keamanan vaksin anak."

Para peneliti menelusuri data dari tahun 1997 sampai 2020, memantau riwayat kesehatan anak-anak lewat registrasi nasional Denmark. Beberapa anak hidup di era ketika vaksin dengan garam aluminium masih sedikit, sedangkan lainnya tumbuh saat jumlah vaksinnya sudah bertambah. 

Hasilnya? Nggak ada hubungan yang signifikan antara jumlah paparan aluminium dalam vaksin dengan 50 gangguan kesehatan kronis, termasuk 36 autoimun, 9 alergi, dan 5 gangguan perkembangan saraf. Jadi, semakin sering anak divaksin dengan kandungan aluminium, bukan berarti kesehatannya terganggu.

Menariknya, nggak ada efek yang tergantung dosis juga. Artinya, semakin banyak paparan aluminium dari vaksin, nggak bikin anak jadi lebih rentan terhadap penyakit tertentu. Ini semakin memperkuat bukti bahwa bahan ini aman.

Edward Belongia, seorang ahli epidemiologi yang sudah puluhan tahun meneliti soal keamanan vaksin, ikut angkat bicara meskipun nggak terlibat langsung dalam studi ini. 

"Ini adalah studi observasional terbesar dan paling meyakinkan tentang paparan aluminium dari vaksin anak-anak yang pernah saya tahu," katanya. 

Ia yakin hasilnya seharusnya bisa menghapus semua keraguan yang masih tersisa.

Memang sih, ada beberapa studi pada hewan yang sempat bikin heboh soal efek racun dari aluminium, tapi itu dilakukan dengan dosis besar dan jangka panjang. Sedangkan, dosis aluminium dalam vaksin anak sangat kecil, bahkan jauh di bawah batas aman yang ditetapkan.

Coba bandingkan saja: orang dewasa bisa mengonsumsi sekitar 7–9 miligram aluminium setiap hari hanya dari makanan, air, dan udara. Bayi yang menyusu ASI bisa mengonsumsi sekitar 7 mg aluminium dalam enam bulan pertama hidupnya. Sementara bayi yang minum susu formula bisa sampai 38 mg. 

Nah, dari semua vaksin yang diberikan dalam enam bulan pertama, jumlah total aluminiumnya cuma sekitar 4,4 mg.

Begitu disuntikkan ke otot, aluminium dari vaksin masuk ke aliran darah, lalu diproses oleh ginjal dan dibuang dari tubuh. Bahkan dalam studi terhadap 85 bayi, kadar aluminium dalam darah dan rambut mereka nggak meningkat setelah divaksinasi. Artinya, tubuh tidak menumpuk aluminium hingga ke level berbahaya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga bilang bahwa kadar aluminium dalam tubuh setelah vaksinasi tidak pernah melampaui batas aman, bahkan pada bayi dengan berat badan rendah sekalipun.

Dengan kata lain, sudah ada bukti kuat bahwa aluminium dalam vaksin aman untuk anak-anak. Dan yang paling penting, vaksin-vaksin ini menyelamatkan sekitar 4 juta jiwa setiap tahunnya. 

Jadi bukan bikin sakit, vaksin justru jadi pahlawan utama di balik tumbuh kembang sehat anak-anak di seluruh dunia.
Penelitian penting ini dipublikasikan di jurnal Annals of Internal Medicine.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment