Sahabat.com - Saat si kecil rewel terus, susah tidur, makannya berkurang, atau batuk-batuk enggak kelar-kelar padahal udah lama sembuh dari COVID-19, kamu mungkin harus mulai waspada.
Ternyata, gejala long COVID bisa muncul dengan cara yang berbeda pada anak-anak, terutama bayi dan balita.
Dalam sebuah studi baru yang dilakukan oleh peneliti dari Mass General Brigham dan didukung oleh inisiatif nasional RECOVER, ditemukan bahwa gejala long COVID pada anak-anak usia dini sangat berbeda dari yang terjadi pada anak besar atau orang dewasa.
Para peneliti menemukan bahwa bayi dan balita di bawah dua tahun cenderung mengalami gangguan tidur, sering rewel, nafsu makan menurun, hidung tersumbat, dan batuk yang enggak kunjung hilang.
Sementara itu, anak-anak usia pra-sekolah, yakni 3 sampai 5 tahun, justru sering mengalami batuk kering dan rasa lelah berlebihan di siang hari, padahal tidak sedang sakit berat.
"Penelitian ini penting karena menunjukkan bahwa gejala long COVID pada anak kecil itu berbeda dari gejala yang muncul pada anak yang lebih besar atau orang dewasa," jelas Tanayott (Tony) Thaweethai, PhD, salah satu penulis utama dari Massachusetts General Hospital sekaligus pengajar di Harvard Medical School.
Ia menambahkan, anak-anak yang mengalami gejala seperti ini umumnya memiliki kualitas hidup yang menurun, kondisi kesehatan yang kurang baik, bahkan bisa mengalami keterlambatan dalam perkembangan.
Dalam studi yang dilakukan antara Maret 2022 sampai Juli 2024 ini, peneliti melibatkan lebih dari 1.000 anak dari berbagai fasilitas kesehatan dan komunitas di AS.
Mereka membandingkan anak yang pernah terinfeksi COVID-19 dengan yang tidak pernah terpapar, lalu menganalisis gejala yang bertahan hingga 90 hari setelah infeksi.
Hasilnya, sekitar 14% bayi/balita dan 15% anak usia pra-sekolah yang pernah terinfeksi COVID-19 diduga mengalami long COVID.
Andrea Foulkes, ScD, penulis senior dalam studi ini, mengatakan bahwa mereka menemukan pola gejala yang unik pada dua kelompok usia tersebut.
"Kami bisa melihat pola yang berbeda dari gejala yang muncul pada anak kecil dibandingkan dengan anak yang lebih besar atau dewasa," katanya.
Temuan ini diharapkan bisa menjadi dasar untuk riset lanjutan dan juga membantu mengembangkan cara perawatan yang lebih tepat untuk anak-anak kecil yang terdampak long COVID.
Walau begitu, para peneliti mengingatkan bahwa gejala-gejala ini bukanlah diagnosis pasti, karena datanya diperoleh dari laporan para orang tua, yang mungkin dipengaruhi oleh ingatan atau keterbatasan dalam mengamati anak-anak yang masih belum bisa bicara lancar.
Jadi, kalau kamu merasa ada yang aneh atau beda dari biasanya pada si kecil setelah sembuh dari COVID, ada baiknya langsung konsultasi ke dokter, ya.
0 Komentar
Jangan Menyerah! Olahraga Sederhana Ini Bantu Penderita Penyakit Saraf Jadi Lebih Sehat dan Bugar
Obat Murah yang Bisa Cegah Bayi Lahir Prematur? Ini Temuannya!
Mengerikan Fentanyl Saat Hamil: Bayi Bisa Lahir Cacat!
Leave a comment